Friday, April 22, 2011

Makna Perjamuan Kudus adalah ...


  1. Perjamuan Kudus adalah ucapan syukur kepada Allah kasih-Nya melalui Yesus Kristus.
  2. Perjamuan adalah pengakuan iman bahwa Kristus sengsara dan mati disalibkan demi penebusan dosa manusia.
  3. Perjamuan Kudus adalah kesaksian pengharapan kepada Yesus Kristus yang bangkit dan naik ke sorga dan akan datang membawa umatNya ke dalam perjamuan kerajaan-Nya.
  4. Perjamuan Kudus adalah janji untuk hidup dalam pengudusan Roh Allah sehingga layak di hadapan Allah.
  5. Perjamuan kudus adalah ikrar keesaan gereja sebagai satu tubuh dengan satu iman memecahkan satu roti dan mengucap syukur atas satu cawan, yang hidup dalam persaudaraan kasih dan pelayanan.
  6. Perjamuan Kudus adalah panggilan pelayanan kepada mereka yang lemah, miskin, tak berdaya atau terpinggirkan untuk turut mengalami kasih dan kemurahan Allah.

Sunday, April 17, 2011

Undangan Perayaan Paskah JMB-GKSS 14 Mei 2011

Perayaan Paskah Jemaat Mattiro Baji (JMB) GKSS akan dilaksanakan dalam bentuk "Wisata Rohani

Tempat: WISATA KEBUN, Pakkatto-GOWA, 
Waktu: Hari Sabtu, 14 Mei 2011. 
Jemaat diharapkan berkumpul di Gedung Gereja JMB paling lambat jam 9.00 pagi dan berangkat bersama-sama ke lokasi. 
Kegiatan akan diisi dengan ibadah singkat (kreatif), family games, dan relaksasi. Untuk konfirmasi keikutsertaan anggota jemaat (keluarga) hubungi seksi acara panitia Paskah JMB-GKSS, 
a.n. Armin (081343597494).

Minggu Palma, Jumat Agung, Paska

Minggu Palma
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Minggu_Palma

Minggu Palma adalah hari raya Kristen yang selalu jatuh pada hari Minggu sebelum Paskah. Perayaan ini dikisahkan dalam empat perikop Injil, yaitu Markus 11:1-11, Matius 21:1-11, Lukas 19:28-44 dan Yohanes 12:12-19. Perayaan ini merupakan perayaan masuknya Yesus ke kota Yerusalem sebelum ia disalibkan. Masuknya Yesus ke kota suci atau Yerusalem adalah hal yang istimewa, sebab terjadinya hanya sekali seumur hidup Yesus. Itulah sebabnya Minggu Palma disebut pembuka pekan suci, yang berfokus pada pekan terakhir Yesus di kota Yerusalem. Dalam liturgi Minggu Palem, umat dibagikan daun palem dan ruang gereja dipenuhi ornamen palem.


Simbol Palem dalam Minggu Palma

Daun palem adalah simbol dari kemenangan. Daun palem ini membawa arti ke arah simbol Kristen. Daun palem digunakan untuk menyatakan kemenangan martir atas kematian. Martir sering digambarkan dengan daun pelem di antara tempat atau tambahan untuk instrumen dari kesyahidan. Kristus kerap kali menunjukkan hubungan daun palem sebagai simbol kemenangan atas dosa dan kematian. Lebih jelas lagi, hal itu diasosiasikan dengan kejayaan-Nya memasuki Yerusalem, ( Yohanes 12:12-13).

Daun palem memiliki warna hijau, hijau adalah warna dari tumbuh-tumbuhan dan musim semi. Oleh karena itu simbol kemenangan dari musim semi diatas musim salju atau kehidupan di atas kematian, menjadi sebuah campuran dari kuning dan biru itu juga melambangkan amal dan registrasi dari pekerjaan jiwa yang baik.

Saat Minggu Palma, umat melambai-lambaikan daun palem sambil bernyanyi. Hal ini menyatakan keikutsertaan umat bersama Yesus dalam arak-arakan menuju Yerusalem. Ini menyatakan tujuan yang akan dicapai pada masa yang akan datang: kota Allah, di mana ada kedamaian.

Jumat Agung
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Jumat_Agung

Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Minggu Paskah, hari peringatan Penyaliban Yesus Kristus dan wafatNya di Golgota.
Berdasarkan rincian kitab suci mengenai Pengadilan Sanhedrin atas Yesus, dan analisis ilmiah, peristiwa penyaliban Yesus sangat mungkin terjadi pada hari Jumat, namun tanggal terjadinya tidak diketahui dengan pasti, dan akhir-akhir ini diperkirakan terjadi pada tahun 33 Masehi, oleh dua kelompok ilmuwan, dan sebelumnya diperkirakan terjadi pada tahun 34 Masehi oleh Isaac Newton via perhitungan selisih-selisih antara kalender Yahudi dan kalender Julian dan besarnya bulan sabit.

Yesus di hadapan Mahkamah Agama

Setelah sebelumnya mengadakan Perjamuan Malam (Matius 26:17-25, Markus 14:12-25, Lukas 22:7-23, Yohanes 13:21-30), Yesus bersama-sama dengan murid-murid-Nya pergi ke Taman Getsemani. Di sana Yesus berdoa.
Setelah Yesus berdoa, maka datanglah Yudas, "dan bersama-sama serombongan besar orang yang membawa pedang dan pentung, disuruh oleh imam-imam kepala dan tua-tua bangsa Yahudi" Matius 26:47. Yesus lalu dibawa ke hadapan Mahkamah Agama Yahudi, di depan Imam Besar Kayafas.

Imam-imam kepala, malah seluruh Mahkamah Agama mencari kesaksian palsu terhadap Yesus, supaya Ia dapat dihukum mati, tetapi mereka tidak memperolehnya, walaupun tampil banyak saksi dusta. Tetapi akhirnya tampillah dua orang, yang mengatakan: "Orang ini berkata: Aku dapat merubuhkan Bait Allah dan membangunnya kembali dalam tiga hari." Lalu Imam Besar itu berdiri dan berkata kepada-Nya: "Tidakkah Engkau memberi jawab atas tuduhan-tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Yesus tetap diam. Lalu kata Imam Besar itu kepada-Nya: "Demi Allah yang hidup, katakanlah kepada kami, apakah Engkau Mesias, Anak Allah, atau tidak." Jawab Yesus: "Engkau telah mengatakannya. Akan tetapi, Aku berkata kepadamu, mulai sekarang kamu akan melihat Anak Manusia duduk di sebelah kanan Yang Mahakuasa dan datang di atas awan-awan di langit." Maka Imam Besar itu mengoyakkan pakaiannya dan berkata: "Ia menghujat Allah. Untuk apa kita perlu saksi lagi? Sekarang telah kamu dengar hujat-Nya. Bagaimana pendapat kamu?" Mereka menjawab dan berkata: "Ia harus dihukum mati!" Lalu mereka meludahi muka-Nya dan meninju-Nya; orang-orang lain memukul Dia, dan berkata: "Cobalah katakan kepada kami, hai Mesias, siapakah yang memukul Engkau?" —Matius 26:59-68

Sementara itu Petrus yang mengikuti hingga di halaman Mahkamah Agama dikenali sebagai pengikut Yesus namun ia menyangkal tiga kali, dan pada saat itu berkokoklah ayam. Petrus yang teringat apa yang dikatakan Yesus kepadanya: "Sebelum ayam berkokok, engkau telah menyangkal Aku tiga kali." Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedihnya. Matius 26:75
Yesus di hadapan Pilatus

Karena yang berhak menghukum mati seseorang hanyalah pemerintah Romawi, maka Yesus dibawa ke hadapan Pontius Pilatus.

Lalu Yesus dihadapkan kepada wali negeri. Dan wali negeri bertanya kepada-Nya: "Engkaukah raja orang Yahudi?" Jawab Yesus: "Engkau sendiri mengatakannya." Tetapi atas tuduhan yang diajukan imam-imam kepala dan tua-tua terhadap Dia, Ia tidak memberi jawab apapun. Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Tidakkah Engkau dengar betapa banyaknya tuduhan saksi-saksi ini terhadap Engkau?" Tetapi Ia tidak menjawab suatu katapun, sehingga wali negeri itu sangat heran. ... Wali negeri menjawab dan berkata kepada mereka: "Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?" Kata mereka: "Barabas." Kata Pilatus kepada mereka: "Jika begitu, apakah yang harus kuperbuat dengan Yesus, yang disebut Kristus?" Mereka semua berseru: "Ia harus disalibkan!" Katanya: "Tetapi kejahatan apakah yang telah dilakukan-Nya?" Namun mereka makin keras berteriak: "Ia harus disalibkan!" Ketika Pilatus melihat bahwa segala usaha akan sia-sia, malah sudah mulai timbul kekacauan, ia mengambil air dan membasuh tangannya di hadapan orang banyak dan berkata: "Aku tidak bersalah terhadap darah orang ini; itu urusan kamu sendiri!" Dan seluruh rakyat itu menjawab: "Biarlah darah-Nya ditanggungkan atas kami dan atas anak-anak kami!" Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi Yesus disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.
—Matius 27:11-14, 23-26

Yesus disiksa dan diolok-olok

Setelah Yesus divonis hukuman salib oleh Pontius Pilatus, Yesus disiksa terlebih dahulu seperti yang umum dilakukan pada jaman Romawi.

Kemudian serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya. Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya. Kemudian mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya: "Salam, hai Raja orang Yahudi!" Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh itu dan memukulkannya ke kepala-Nya. Sesudah mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke luar untuk disalibkan. —Matius 27:27-31

Yesus disalibkan

Setelah disesah, maka Yesus dihukum mati di atas kayu salib di Bukit Golgota atau Kalvari

Sesudah menyalibkan Dia mereka membagi-bagi pakaian-Nya dengan membuang undi. Lalu mereka duduk di situ menjaga Dia. Dan di atas kepala-Nya terpasang tulisan yang menyebut alasan mengapa Ia dihukum: "Inilah Yesus Raja orang Yahudi." Bersama dengan Dia disalibkan dua orang penyamun, seorang di sebelah kanan dan seorang di sebelah kiri-Nya. Orang-orang yang lewat di sana menghujat Dia dan sambil menggelengkan kepala, mereka berkata: "Hai Engkau yang mau merubuhkan Bait Suci dan mau membangunnya kembali dalam tiga hari, selamatkanlah diri-Mu jikalau Engkau Anak Allah, turunlah dari salib itu!" Demikian juga imam-imam kepala bersama-sama ahli-ahli Taurat dan tua-tua mengolok-olokkan Dia dan mereka berkata: "Orang lain Ia selamatkan, tetapi diri-Nya sendiri tidak dapat Ia selamatkan! Ia Raja Israel? Baiklah Ia turun dari salib itu dan kami akan percaya kepada-Nya. Ia menaruh harapan-Nya pada Allah: baiklah Allah menyelamatkan Dia, jikalau Allah berkenan kepada-Nya! Karena Ia telah berkata: Aku adalah Anak Allah." Bahkan penyamun-penyamun yang disalibkan bersama-sama dengan Dia mencela-Nya demikian juga. —Matius 27:35-44

Yesus mati

Yesus pun mati di atas kayu salib, bukan karena Ia mati lemas atau kehabisan darah, tetapi Ia sendiri yang menyerahkan nyawa-Nya ke tangan Bapa-Nya.

Yesus berseru pula dengan suara nyaring lalu menyerahkan nyawa-Nya. Dan lihatlah, tabir Bait Suci terbelah dua dari atas sampai ke bawah dan terjadilah gempa bumi, dan bukit-bukit batu terbelah, dan kuburan-kuburan terbuka dan banyak orang kudus yang telah meninggal bangkit. Dan sesudah kebangkitan Yesus, merekapun keluar dari kubur, lalu masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. Kepala pasukan dan prajurit-prajuritnya yang menjaga Yesus menjadi sangat takut ketika mereka melihat gempa bumi dan apa yang telah terjadi, lalu berkata: "Sungguh, Ia ini adalah Anak Allah."
—Matius 27:50-54

Perhitungan Tanggal Jumat Agung

Jumat Agung adalah Hari Jumat sebelum Paskah, yang perhitungan tanggalnya berbeda antara Gereja Timur dan Gereja Barat (lihat Computus untuk penjelasan lebih rinci). Paskah jatuh pada hari Minggu pertama sesudah Bulan Purnama Paskah, bulan purnama pada atau sesudah 21 Maret, yang dijadikan tanggal dari vernal equinox. Perhitungan Barat menggunakan Kalender Gregorian, sedangkan perhitungan Timur menggunakan Kalender Julian, di mana tanggal 21 Maret-nya kini bertepatan dengan tanggal 3 April menurut kalender Gregorian. Perhitungan-perhitungan untuk menentukan tanggal bulan purnama tersebut juga berbeda. Lihat Metode Penentuan Tanggal Paskah (Astronomical Society of South Australia).
Karena Paskah di Gereja Barat dapat jatuh pada salah satu tanggal mulai tanggal 22 Maret sampai 25 April menurut kalender Gregorian, maka Jumat Agung dapat jatuh antara tanggal 19 Maret sampai 22 April. Dalam Gereja Timur, Paskah dapat jatuh antara 22 Maret sampai 25 April menurut kalender Julian (antara 4 April dan 8 Mei menurut kalender Gregorian, untuk periode 1900 dan 2099), jadi Jumat Agung dapat jatuh antara 19 Maret dan 22 April (atau antara 1 April dan 5 Mei menurut kalender Gregorian).

Paskah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
http://id.wikipedia.org/wiki/Paskah

Paskah (bahasa Yunani: Pasxa) adalah perayaan terpenting dalam tahun liturgi gerejawi Kristen. Bagi umat Kristen, Paskah identik dengan Yesus, yang oleh Paulus disebut sebagai "anak domba Paskah"; jemaat Kristen hingga saat ini percaya bahwa Yesus disalibkan, mati dan dikuburkan, dan pada hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati. Paskah merayakan hari kebangkitan tersebut dan merupakan perayaan yang terpenting karena memperingati peristiwa yang paling sakral dalam hidup Yesus.

Paskah juga merujuk pada masa di dalam kalender gereja yang disebut masa Paskah, yaitu masa yang dirayakan dulu selama empat puluh hari sejak Minggu Paskah (puncak dari Pekan Suci) hingga hari Kenaikan Yesus namun sekarang masa tersebut diperpanjang hingga lima puluh hari, yaitu sampai dengan hari Pentakosta (yang artinya "hari kelima puluh" - hari ke-50 setelah Paskah, terjadi peristiwa turunnya Roh Kudus). Minggu pertama di dalam masa Paskah dinamakan Oktaf Paskah oleh Gereja Katolik Roma. Hari Paskah juga mengakhiri perayaan Pra-Paskah yang dimulai sejak empat puluh hari sebelum Kamis Putih, yaitu masa-masa berdoa, penyesalan, dan persiapan berkabung.

Paskah merupakan salah satu hari raya yang berubah-ubah tanggalnya (dalam kekristenan disebut dengan perayaan yang berpindah[2]) karena disesuaikan dengan hari tertentu (dalam hal ini hari Minggu), bukan tanggal tertentu di dalam kalender sipil. Hari raya-hari raya Kristen lainnya tanggalnya disesuaikan dengan hari Paskah tersebut dengan menggunakan sebuah formula kompleks. Paskah biasanya dirayakan antara akhir bulan Maret hingga akhir bulan April (ritus Barat) atau awal bulan April hingga awal bulan Mei (ritus Timur) setiap tahunnya, tergantung kepada siklus bulan. Setelah ratusan tahun gereja-gereja tidak mencapai suatu kesepakatan, saat ini semua gereja telah menerima perhitungan Gereja Aleksandria (sekarang disebut Gereja Koptik) yang menentukan bahwa hari Paskah jatuh pada hari Minggu pertama setelah Bulan Purnama Paskah, yaitu bulan purnama pertama yang hari keempat belasnya ("bulan purnama" gerejawi) jatuh pada atau setelah 21 Maret (titik Musim Semi Matahari/vernal equinox gerejawi)

Minggu Paskah bukan perayaan yang sama (namun masih berhubungan) dengan Paskah Yahudi (bahasa Ibrani: Pesakh) dalam hal simbolisme dan juga penanggalannya. Bahasa Indonesia tidak memiliki istilah yang berbeda untuk Paskah Pesakh (Yahudi) dan Paskah Paskha (Kristen) sebagaimana beberapa bahasa Eropa yang mempunyai dua istilah yang berbeda, oleh sebab itu kata Paskah dapat memiliki dua arti yang berbeda di dalam bahasa Indonesia.

Banyak elemen budaya, termasuk kelinci Paskah dan telur Paskah, telah menjadi bagian dari perayaan Paskah modern, dan elemen-elemen tersebut biasa dirayakan oleh umat Kristen maupun non-Kristen.

Saturday, April 16, 2011

Dari Jurang yang Dalam

Mazmur 130:1-8 (Bacaan pada Minggu Pra-paskah ke-5) 1 Nyanyian ziarah. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN! 2 Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. 3 Jika Engkau, ya TUHAN, mengingat-ingat kesalahan-kesalahan, Tuhan, siapakah yang dapat tahan? 4 Tetapi pada-Mu ada pengampunan, supaya Engkau ditakuti orang. 5 Aku menanti-nantikan TUHAN, jiwaku menanti-nanti, dan aku mengharapkan firman-Nya. 6 Jiwaku mengharapkan Tuhan lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi, lebih dari pada pengawal mengharapkan pagi. 7 Berharaplah kepada TUHAN, hai Israel! Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan. 8 Dialah yang akan membebaskan Israel dari segala kesalahannya.

Mazmur 130 dikenal dengan nama Latinnya, De Profundis, sesuai dengan kata-kata pertama isi Mazmur pertobatan ini: De profundis clamavi ad te Domine. Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, ya TUHAN.

De Profundis mengilhami banyak penyair menulis puisi duka derita, termasuk beberapa penyair ternama, seperti Alfred Tennyson, Elizabeth Barrett Browning, Charles Baudelaire, Christina Rossetti, C. S. Lewis; bahkan Oscar Wilde menulis sebuah buku. Dan karena Mazmur ini dipakai sebagai nyanyian khusus dalam misa duka Gereja Katolik, sejumlah komponis menggubah requiem dari Mazmur ini, termasuk Handel, Mozart, Bach dan Mendelssohn.

Mazmur 130 memuat beberapa gagasan yang membentuk rangkaian sikap dasar kehidupan beriman: a. Berdoa kepada Tuhan memohon pengampunan.
b. Kesadaran akan kehidupan manusia yang berdosa
c. Berhadapan dengan Tuhan yang pengampun
d. Dan karena itu berharap kepada-Nya
e. Serta mengajak bangsanya untuk berharap pada kasih setia Tuhan yang melakukan pembebasan atau pengampunan.

Rangkaian sikap dasar beriman dalam Mazmur tobat ini terdapat pula dalam mazmur-mazmur dan kitab-kitab lainnya. Yang khas dalam mazmur ini adalah ungkapan simbolik tempat berdoa memohon ampun, yakni dari jurang yang dalam. Jurang yang dalam adalah lokasi iman dan pengharapan kepada kemurahan Allah. Dalam wacana keselamatan, kejatuhan manusia adalah kejatuhan ke dalam jurang yang dalam. Diskusi mengenai peran manusia dalam keselamatan dapat digambarkan antara penganut “anugerah semata” dan “anugreah plus”. Fihak penganut “anugerah semata” menyatakan bahwa manusia jatuh ke dalam jurang dan koma, sehingga tidak ada jalan lain menyelamatkannya kecuali penyelamat turun ke dalam jurang mengangkat dan menyelamatkannya. Penganut “anugerah plus” menyatakan bahwa manusia jatuh ke dalam jurang dan mungkin mengalami patah tulang atau luka namun – dengan satu dan lain cara, misalnya berseru minta tolong -- masih dapat bekerja sama dengan penyelamatnya. Gratia non tollit, sed perficit naturam, anugerah tidak meniadakan melainkan menyempurnakan alam, kata Thomas Aquinas. Tetapi para Reformator menegaskan iustitia sola gratia, pembenaran hanya oleh anugerah. Saya membaca suatu tafsir yang menghubungkan seruan dari jurang yang dalam dengan doa nabi Yunus dari dalam perut ikan besar di kedalaman tubir samudera raya. Doa tidak dapat dibatasi oleh ruang atau tempat. Tetapi mazmur ini dapat pula dibaca sebagai sebuah kesaksian profetis seorang yang masygul terhadap kenyataan hidup masyarakatnya dan mengandaikannya telah terjatuh ke dalam jurang yang dalam, dan mengajak bangsanya untuk berharap kepada Tuhan. Dengan perspektif ini saya menempatkan mazmur tobat ini dalam kesejajaran dengan penglihatan nabi Yesaya yang di hadapan Tuhan menyadari diri sebagai orang yang najis bibir (baca: pembohong) dan tinggal di tengah-tengah bangsa yang pendusta: 6.5 Lalu kataku: "Celakalah aku! aku binasa! Sebab aku ini seorang yang najis bibir, dan aku tinggal di tengah-tengah bangsa yang najis bibir, namun mataku telah melihat Sang Raja, yakni TUHAN semesta alam."

Dan seperti Yesaya, penyair mazmur jurang ini juga berharap pada pengudusan Allah. “Sebab pada TUHAN ada kasih setia, dan Ia banyak kali mengadakan pembebasan.” (ayat 7b)
Zakaria Ngelow

Wednesday, April 6, 2011

Pesan Paska PGI 2011

http://pgi.or.id

Tema: Kebangkitan Kristus Memulihkan Wajah Kemanusiaan
(Bdk. Ef.1:7-9)


Saudara-saudari Umat Kristen di manapun berada.

Salam-sejahtera Dalam Kasih Tuhan Yesus Kristus!

Di tengah-tengah berbagai tantangan terhadap kehidupan, umat Kristen Indonesia dan sedunia kembali memasuki masa raya Paska, hari peringatan Kebangkitan Kristus.

Pesan Paska kali ini mengusung tema, “Kebangkitan Kristus Memulihkan Wajah Kemanusiaan” (bdk.Ef.1:7-9). Tema ini menginspirasi dan memotivasi kita untuk memusatkan pemikiran dan perhatian terhadap makna kebangkitan Kristus pada masa kini, khususnya ketika wajah kemanusiaan ditantang oleh berbagai peristiwa yang merusaknya.

Paska adalah dasar dan pilar yang kokoh yang di atasnya iman Kristen dibangun, sebagaimana secara sangat jelas diungkapkan oleh Rasul Paulus:”Tetapi andaikata Kristus tidak dibangkitkan maka sia-sialah pemberitaan kami dan sia-sia juga kepercayaan kamu.”(I Kor.15:14). Alhasil, kebangkitan Kristus sekaligus memberikan keabsahan bagi terciptanya suatu kemanusiaan baru, yang prototipenya terlihat di dalam persekutuan orang beriman yaitu gereja. Paska memerdekakan kita dari kuk perbudakan yaitu kehidupan yang dikuasai oleh keraguan, kecemasan dan ketakutan dan sekaligus menghantar kita kepada kehidupan penuh pengharapan. Kebangkitan Kristus, dengan demikian memberikan kekuatan baru kepada kita untuk bersaksi dan melayani di tengah-tengah masyarakat dan komunitas kemanusiaan.

Kita meyakini bahwa semangat Paska selalu memberikan rasa optimisme di tengah berbagai pesimisme dan keputusasaan. Dunia kita, tidak terkecuali Indonesia memang sedang menghadapi rupa-rupa kekerasan. Wajah kemanusiaan kita berkali-kali ditampar oleh ketidakmampuan kita untuk hidup berdampingan secara damai. Perbedaan suku, agama, ras, dan golongan, ketimbang diterima sebagai kekayaan untuk saling melengkapkan, justru dipandang sebagai kesalahan, bahkan dosa. Manusia menjadi serigala bagi sesamanya (homo homini lupus). Dalam keadaan seperti ini, Negara sepertinya tidak berdaya. Alih-alih mengayomi warganya dengan menegakkan keadilan dan kebenaran, Negara justru tidak hadir dalam peristiwa-peristiwa kekerasan yang sangat mencoreng wajah kemanusiaan kita. Maka lengkaplah krisis yang dialami oleh bangsa kita: sosial-politik, sosial-ekomomi, moral, bahkan identitas. Jikalau krisis ini tidak ditangani secara baik dan bertanggungjawab, maka bukan tidak mungkin bangsa dan negara kita akan semakin rapuh dan tidak mampu bertahan di depan mahkamah sejarah.

Kebangkitan Kristus, yang merupakan penegasan terhadap karya penebusan-Nya yang mengampuni dosa, menurut kasih setia-Nya (Ef.1:7) memberikan harapan baru guna memulihkan wajah kemanusiaan yang dirusak itu. Citra Allah (Imago Dei) yang terpecah-belah karena kekerasan dosa (bdk. Kej. 1:26-27) dipulihkan oleh kuasa Kebangkitan itu. Itulah pula dasar optimisme kita, ketika di tengah berbagai tantangan-tantangan itu kita masih melihat terang. Masih banyak orang yang mendambakan, bahkan memperjuangkan pulihnya kembali wajah kemanusiaan kita, kendati untuk itu tidak jarang harga yang tinggi harus dibayar berupa kehidupan mereka sendiri. Gereja-gereja sedunia yang tergabung di dalam Dewan Gereja-gereja Sedunia (WCC) mencanangkan 2001-2010 sebagai dekade mengatasi kekerasan (Decade to Overcome Violence). Ketika kita meninggalkan 2010 tersebut, maka gereja-gereja sedunia, termasuk gereja-gereja di Indonesia dipanggil untuk melakukan evaluasi, bahkan pengujian diri (censura morum) benarkah kekerasan telah meninggalkan kehidupan kita? Ternyata belum. Namun Paska mengingatkan kita agar tidak berputus asa. Kendati kekerasan masih melanda masyarakat kita, kita selalu dikuatkan dan diberi pengharapan untuk mampu mengatasinya.

Maka, dalam rangka menyambut Paska 2011 ini, kami mengajak semua orang beriman untuk semakin mengejawantahkan “Kebaikan Allah” (bdk. Mzm. 145:9a) di dalam kehidupan sehari-hari, dan bahwa Ia membenci kekerasan. Hal-hal berikut kiranya mendapat perhatian kita:

  1. Perayaan Paska hendaknya menjadi momentum bagi gereja-gereja dan umat Kristen untuk semakin mempererat persekutuan, tanpa memandang denominasi dalam arak-arakan oikoumenis, agar fungsi gereja sebagai garam dan terang dapat diimplementasikan secara optimal di tengah-tengah tantangan yang mendewa-dewakan kekerasan ini. Gereja-gereja dan umat Kristen hendaknya secara proaktif menyumbang bagi pemulihan wajah kemanusiaan melalui berbagai kesaksian dan pelayanannya.
  2. Semangat Paska hendaknya mendorong sikap inklusif di antara sesama manusia yang wujudnya terlihat antara lain dalam hubungan dan kerjasama lintas-agama yang lebih mengakar. Dengan demikian, gereja-gereja dan umat Kristen Indonesia akan memberikan sumbangan besar bagi perawatan kemajemukan bangsa kita, tidak bersifat diskriminatif, dan bersama-sama membangun keadaban publik yang mencerminkan keadilan, kebenaran, dan kesejahteraan bersama.
  3. Perayaan Paska hendaknya mampu mendorong gereja dan umat Kristen untuk lebih mewujudkan keberpihakan kepada kemanusiaan dengan berbagai pergumulannya. Komitmen untuk mengangkat harkat dan martabat manusia, guna memberi perspektif masa depan yang baru bagi pemulihan wajah kemanusiaan perlu menjadi fokus perhatian dan agenda kegiatan pelayanan dan kesaksian gereja-gereja.


Pesan Paska ini kami akhiri dengan menggarisbawahi Firman Allah: “Janganlah membalas kejahatan dengan kejahatan; lakukanlah apa yang baik bagi semua orang!....hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!” (Rm. 12:17-18)


Jakarta, Akhir Februari 2011


Atas nama
Majelis Pekerja Harian Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia

Pdt. Dr. Andreas A. Yewangoe (Ketua Umum)
Pdt. Gomar Gultom, M.Th (Sekretaris Umum)

Monday, April 4, 2011

Ceramah Paskah


Kebaktian hari Minggu, tgl 3 April 2011, di GKSS Jemaat Mattiro Baji dipimpin oleh Pdt. Evi Lamarang, S.Th. Pembacaan dan renungan Firman Tuhan dari Kitab Keluaran 17: 1-7 mengenai peristiwa kesulitan air di pada gurun Sin. Tuhan Allah memerintahkan Musa menunjuk  ke bukit batu (tetapi dia memukulnya), lalu air keluar dan tempat itu disebut Masa dan Meriba. 

Setelah kebaktian Pdt. Zakaria Ngelow, Direktur Yayasan Oase Intim, menyampaikan ceramah mengenai perayaan Paskah. Dalam ceramah -- yang juga dihadiri sejumlah pimpinan Persekutuan Wanita GKSS Klasis Bulusaraung -- dibahas pertanyaan-pertanyaan pokok, misalnya, 'mengapa Yesus Kristus disalibkan' atau 'mengapa Gereja merayakan Paskah'. Pdt. Zakaria Ngelow mengemukakan makna perayaan gerejawi sebagai tindakan persekutuan orang beriman mengenang dan meneladani kehidupan dan bersekutu dengan Yesus Kristus. Perayaan gerejawi seperti Paskah, Natal, dll adalah pengakuan dan kesaksian iman, bahwa dalam Yesus Kristus Allah memberi kehidupan melawan kuasa-kuasa bencana dan kematian. Tradisi perayaan Paskah berlangsung dengan simbol-simbol yang lazim dalam berbagai kebudayaan, seperti telur (simbol kehidupan) dan kelinci (simbol kesuburan). Beberapa peserta mengajukan pertanyaan mengenai tempat tradisi budaya di dalam kehidupan orang Kristen, misalnya tradisi mapacci (upacara khusus menjelang pernikahan) dalam kebudayaan Bugis. Ceramah Paskan di jemaat ini merupakan bagian dari program Panitia Perayaan Paskah yang diketuai Pdt. Armin Sukri, M.Th.

Pengutusan Pendeta

Pada hari Minggu, tanggal 27 Maret 2011, berlangsung pengutusan Pdt. Ike Ngelow, S.Th menjadi gembala Jemaat GKSS Mattiro Baji. Pengutusan dilangsungkan oleh Pdt. Yulianus Lamarang, S.Th, Sekretaris Badan Pekerja Sinode GKSS.
Pada hari Minggu sebelumnya, 22 Maret 2011, di tempat yang sama berlangsung penguraian Pdt. Andreas Naseng, S.Th, yang telah melayani sebagai gembala jemaat selama lebih 2 tahun. Pdt. Naseng mendapat penempatan baru di Klasis Selayar.