Thursday, December 13, 2012

Natal Jemaat Mattirobaji 17 Des 2012


Jemaat GKSS Mattirobaji merayakan Natal pada 17 Desember 2012 di gedung gereja Kompleks TC GKSS, Jl. Arung Sanrego. Sebagaimana setiap tahun, Natal dilangsungkan lebih awal karena kebanyakan warga jemaat pulang kampung (Soppeng, Todaja, Selayar, dll) merayakan Natal dan Tahun Baru. Natal diselenggarakan sesuai tema Natal Nasional: "Allah telah Mengasihi Kita" (1Yo 4: 19). Subtema: "Menjalin Harmonisasi dalam Pelayanan dan Pro-aktif Mendorong Pertumbuhan Jemaat".


Friday, November 2, 2012

Fokus Pada Keluarga



http://www.fokuspadakeluarga.cc/
Fokus Pada Keluarga adalah lembaga afiliasi dari Focus On The Family, yang merupakan wadah pelayanan keluarga internasional yang didirikan di Colorado Spring Amerika Serikat pada tahun 1977 oleh DR. James Dobson, seorang pakar psikolog yang juga penulis beberapa buku terlaris, seperti: The Love Must Be Tough, Dare to Discipline, When God Doesn’t Make Sense, Bringing Up Boys dan buku-buku lainnya . Fokus Pada Keluarga hadir di Indonesia pada tahun 1996 untuk memberikan nilai-nilai moral terhadap kehidupan sebuah keluarga yang bertujuan memperlengkapi keluarga-keluarga di Indonesia melalui beberapa bidang pelayanan yang di sesuaikan dengan kebutuhan masyarakat di Indonesia, sesuai Misi : Mempertahankan nilai-nilai tradisi dalam suatu keluarga

Media Pelayanan
Bersama afiliasi kantor-kantor Focus On The Family di 15 negara, Fokus Pada Keluarga memberikan pendidikan mengenai masalah-masalah keluarga melalui :

Radio : Penyiaran program radio ”Tips 2 Menit” dan ”Talk Show” berdurasi 45 menit melalui station Radio Swasta maupun Radio Republik Indonesia dan Radio Voice Internasional yang kesemuanya dalam Bahasa Indonesia.

Televisi : Penayangan Tips Keluarga melalui Station TV U Channel (Indovision Channel 69)

Majalah & Koran : Penulisan artikel dan tips keluarga di beberapa koran dan majalah.

Konseling : Layanan konsultasi baik melalui telpon maupun surat atau email.

Produk Buku, Majalah, dan Video : Fokus Pada Keluarga menyediakan buku-buku, majalah, dan video yang bermutu yang diterbitkan dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa, Inggris untuk semua usia.

Seminar : Fokus Pada Keluarga secara berkala mengadakan seminar-seminar dengan topik-topik yang disesuaikan dengan kebutuhan, baik untuk remaja, pasangan suami istri, maupun para orangtua.

Friday, October 26, 2012

Tema Natal PGI & KWI 2012

Inilah Tema Natal PGI & KWI 2012:
"Allah Telah Mengasihi Kita (1 Yoh. 4:19)." 
Bagi gereja-gereja, lembaga-lembaga Kristen, dan Persekutuan Kristiani yang ingin menggunakan tema Natal ini, PGI dengan senang hati menyambutnya.


Sunday, October 14, 2012

Unta dapat masuk lobang jarum?



Sebuah diskusi menarik di facebook mengenai unta dan lobang jarum

Johannes Silentio: Bagaimana mungkin unta dapat masuk lubang jarum? Maka para ekseget berandai, mungkin penulis Markus 10:17 - 30 salah dengar, antara "kamilos" (Yunani: tali) menjadi "kamelos" (unta). Tapi metafora sama ditemukan dalam Qur'an (surah al-Araf QS 7:40). Apa ini juga akibat salah dengar dari "jumal" (Arab: tali) menjadi "jamal" (unta)? Atau keduanya mau menandaskan prinsip yang sama: hanya Allah Sang Pelantan yang tahu apakah kita sekadar beragama atau sungguh-sungguh menjalani hidup rohani. (Membaca Injil Minggu Biasa XXVIII B bersama Rm. Agustinus Gianto, SJ)
Bramantyo Prijosusilo Keduanya bersumber sama
Martin L Sinaga Betul, Saya bertemu dengan Abdel Haleem, penerjemah Quran, dan menurt beliau terjemahan persisnya ialah tali...
Martin L Sinaga persisnya kata Haleem dalam Quran edisi Oxford thn 2004, "thick rope", bagaimanakah tali tebal masuk lobang jarum...lebih indah dari unta, bukan?
Made Supriatma Trims, Mas Tris. Saya baru tahu kalok Jamal itu artinya Onta.
Johannes Silentio Martin L Sinaga mungkin lebih elok, tapi mengurangi kesan shock therapy metafora itu...
Bramantyo Prijosusilo Metafora yang sama dikulak rungonkan lewat gurun dan padang, disinari matahari dan bintang, jadi berbayang berupa-rupa ... tapi sama
Martin L Sinaga Kayaknya Yesus memang tidak bicara seperti koan Zen -sebab nalar Jahudinya yang materialistis tak bisa ia buang...
Johannes Silentio Martin L Sinaga atau kita, orang modern ini, tak mampu menyelami metafora kuno yang suka menjungkirbalikkan rasionalitas?
Bramantyo Prijosusilo Keqnya Yesus bukan Yahudi deh, dia orang Jawa. Keq Muhammad, juga orang Jawa mangkanya nggak boleh digambar ...
Alexander Surya Agung kalau singa masuk lubang kecil bisa mas, di film MADAGASCAR 3 he..he..
Bramantyo Prijosusilo Werkudara mangsuk kupingnya Dewa Ruci juga bisa padahal dia segede gunung Dewa Ruci bisa berdiri di telapak tangannya.
Arya Darmaputra Kalau Jamaluddin artinya untanya Uddin?
Johannes Silentio Bramantyo Prijosusilo wong Jawa emang topppp smile *colek Martin L Sinaga yang Batak smile
Ekaputra Tupamahu Dalam Babylonian Talmud, ada pernyataan yg sejajar: "... seekor gajah masuk lewat lubang jarum." Metafora hewan melewati lubang jarum kelihatannya adalah sesuatu yg umum dalam budaya Yahudi. Satu lagi, bacaan kamelon (unta) punya dukungan manuskrip lebih kuat daripada kamilon (tali).
Johannes Silentio Ekaputra Tupamahu terima kasih untuk infonya. Kita mungkin perlu belajar mendengar metafora klasik apa adanya, dan merasa kejutannya, tanpa harus bersusah payah mengeditnya sesuai rasionalitas kita...
Ekaputra Tupamahu Oh iya, kebingungan antara unta/tali sebenarnya bisa juga dijelaskan dengan akar bahasa Aramnya. Dalam bahasa Aram, kata "gamla" bisa berarti tali atau unta. Kata ini sama mungkin karena tali pada waktu itu dibuat dari rambutnya unta.
Manda Andrian lalu yang sungguh2 menjalani hidup beragama yang seperti apa cheri wink ?
Johannes Silentio Manda Andrian yang untanya bisa masuk lubang jarum... smile
Manda Andrian hahahaha grin
Zakaria Ngelow Bung Johannes Silentio, selama ini penjelasan standar kepada warga jemaat adalah: yang dimaksud dengan "lubang jarum" dalam percakapan Yesus dengan si orang kaya itu adalah pintu gerbang (belakang?) kota Yerusalem yang kecil/sempit, sehingga para musafir yang membawa unta memang sulit sekali menarik untanya masuk ke pintu yang kecil/sempit itu -- yang tetap dibuka malam hari, ketika pintu gerbang besar ditutup.
Johannes Silentio Bung Zakaria Ngelow, semoga lain kali penjelasannya lebih kreatif :))
Malja Abrar Yg "kamelos" pakai logika Dionisian. Yg "kamilos" pakai logika Apollonian. smile
Bramantyo Prijosusilo Yang jelas, metapora dari jaman ora enak, wektu menungsha mingsih gumun dengan jarum.
Halomoan Manro Siburian yang sekadar beragama maksudnya bagaimana ya?
Johannes Silentio Halomoan Manro Siburian orang yang sekadar beragama adalah orang yang, walau sudah dibilang tak mungkin, masih tetap memaksa untanya masuk lubang jarum... smile
Dina Ackermann Bung Zakaria Ngelow, saya pernah mendengar seorang pastor juga berkata hal yang sama. Unta hanya akan bisa melewati ''lubang jarum'' itu, bila Si Unta meninggalkan seluruh barang/harta bawaannya (kiri dan kanan). Artinya Orang kaya akan sulit sekali masuk Syurga bila hatinya terikat dengan harga dunia. Hanya bisa bersama Tuhan di syurga, jika tidak menjadikan harta sebagai Prioritas (tamak akan harta).
Theodora Magdalena Lubang jarum ("eye of the needle") memang spt yg dibilang Zakaria Ngelow. QUoted from Wiki: "eye of a needle" has been claimed to be a gate in Jerusalem, which opened after the main gate was closed at night. A camel could only pass through this smaller gate if it was stooped and had its baggage removed."
Ekaputra Tupamahu Ide bahwa ada gerbang kecil di Yerusalem yg bernama lubang jarum itu kemungkinan besar datang dari Anselmus yg hidup sekitar tahun 1033-1109. Tidak ada bukti arkeologis maupun teks2 kuno yg mendukung pandangan ini.
Zakaria Ngelow Terima kasih kawan-kawan: Bung JS meminta penjelasan yang lebih kreatif? Bukan, melainkan penjelasan yang benar atau mendekati kebenaran maksud teks itu. Kita perlu penjelasan, misalnya mengapa ungkapan seperti itu muncul dalam suatu kebudayaan -- yang untuk kasus ini tidak hanya di kalangan Yahudi, tetapi juga (kemudian?) Arab dan sebelumnya di Babilonia (gajah, bukan unta). Kalau benar, seperti yang ET katakan, bahwa penjelasan Lobang Jarum adalah nama suatu gerbang di Yerusalem dari St. Anselmus (tq ET), seribu tahun kemudian, tak apa asal memberi penjelasan yang masuk akal, bukan sekadar yang creatif (dikreasi alias dibuat-buat supaya hebat!). Penjelasan "yang kurang kreatif" itu justru bunyi di telinga warga jemaat, bahwa orang kaya bukannya tak mungkin melalinkan sukar sekali (tq info tambahan DA dan ThM). Maka tugas para pakar terkait untuk menjelaskan ungkapan seperti ini. Yesus selalu memakai pengandaian dari kehidupan yang nyata, tidak absurd --sekiranya Lobang Jarum bukan nama atau sebutan untuk suatu pintu sempit itu. Have a nice day all.
Johannes Silentio Terima kasih untuk semua komentar dan info menarik yang diberikan, sehingga Zakaria Ngelow makin "kreatif" di dalam menjelaskan...hehehe. Kata "kreatif" di situ bukan berarti "dibuat-buat", tetapi berangkat dari teks yang ada (tanpa harus menyuntingnya sesuai rasionalitas modern ala ekseget yang saya kutip), membuka pemaknaan baru. Misalnya, Rm Gianto mengaitkan soal itu dengan soal bahwa hanya Allah Sang Pelantan (istilah bagus yang saya pelajari dari Djohan Effendi) yang tahu apakah seseorang (dalam cerita Yesus adalah orang kaya) memang sungguh-sungguh mau menghidupi jalan rohani, atau sekadar ikut aturan keagamaan. Saya kira, pesan Qur'an soal "lubang jarum" juga sama.

Pdt. Agus Santoso, ahli biblika, dosen di STT Cipanas, memberi catatan berikut:

Saya mau komentari pandangan yang selama ini beredar di masyarakat, yaitu tentang "lubang jarum" yang dipercayai sebagai pintu kecil di pintu gerbang Yerusalem. Menurut saya, pandangan ini sangat muda, karena baru muncul pada abad ke-10. Itu pun muncul tidak di Israel. Waktu saya penelitian arkeologi di Yerusalem beberapa kali, istilah "lubang jarum" bagi pintu itu sama sekali tidak dikenal di kalangan orang Yahudi, baik dulu (melalui artefak-artefak) maupun sampai saat ini. Pandangan ini hanya beredar di sekitar para "pilgrim" yang "naik haji" ke sana, sambil dibohongi oleh para pemandu wisata. Pandangan yang lebih realistis bisa didapatkan dari studi etimologi bahasa Aram Barat untuk kata "gamla" (karena kan Yesus berbicara dalam bahasa Aramik). Kata "gamla" memang dapat diartikan sebagai "onta" namun dapat juga diartikan "tali". Yang menjadi persoalan adalah penulis Injil menerjemahkan kata-kata Yesus ini dengan "kamelos" (onta) dan bukan "kamilos" (tali). Secara kritik teks, teks yang berbunyi "kamelos" memang asli, karena tidak ada teks-teks turunan yang lain maupun terjemahannya yang menulis "kamilos" atau "tali". Jadi menurut saya, teks yang berbunyi "kamelos" adalah asli. Sehingga jawaban atas persoalan itu begini:
1. Penulis Injil memang salah menerjemahkan kata "gamla" dari Yesus, karena yang dimaksud oleh Yesus adalah "tali".
2. Memang yang dimaksud Yesus dengan "gamla" adalah onta. karena ada juga peribahasa yang sama di wilayah bahasa semit seperti "gajah masuk lobang jarum".
Dari dua jawaban tadi saya lebih kepada yang pertama. Mungkin yang dimaksud "gamla" oleh Yesus adalah tali, karena peribahasa ini akan jalan kalau dipakai dengan "tali". Juga mengingat dalam akar bahasa semit yang menunjukkan kata onta dan tali memiliki akar kata yang sama, maka pantaslah kalau seringkali terjadi pergantian antara kedua kata tersebut.
Ini pak pendapat saya.

***



Saturday, September 22, 2012

Persekutuan Kaum Bapak (PKB) Mattiro Baji



Pnt Soleman Kalebu (Bendahara) dan Pnt Kurnaini Alwi (Ketua)

Tanggal 9 September 2012 dibentuk pengurus Persekutuan Kaum Bapak (PKB) GKSS Jemaat Mattirobaji sebagai berikut:
Ketua               : Pnt. Kurnaini Alwi
Wakil Ketua     : Demma Tarra
Sekretaris        : Jupri
Bendahara      : Pnt. Soleman Kalebu
Bid. Pelayanan: Gayus




Hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, sebagaimana seharusnya di dalam Tuhan. Hai suami-suami, kasihilah isterimu dan janganlah berlaku kasar terhadap dia. Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah di dalam Tuhan. Hai bapa-bapa, janganlah sakiti hati anakmu, supaya jangan tawar hatinya. (Kol 3:18-21)

Pembinaan Presbiter se-GKSS

Tanggal 20-22 September 2012 di Pusat Pembinaan GKSS mandai berlangsung Pembinaan Presbiter se-GKSS diikuti sekitar 50 diaken, pendeta, dan penatuan jemaat-jemaat GKSS. Materi pembekalan al. menyangkut Tata Gereja, penyusunan Khotbah, dan Pelayanan Gereja. Beberapa foto berikut memperlihatkan foto bersama, dan beberapa foto diskusi kelompok.

Peserta Pembinaa Presbiter se-GKSS


Ketua Komisi Pembinaan, Pdt Ike Ngelow, menyampaikan sambutan



Monday, September 3, 2012

Pelatihan Perempuan Gereja



Keterlibatan perempuan dalam pelayanan gereja tentunya bukan hal yang asing dan tidak perlu dipertanyakan lagi.  Dalam peran dan tugas yang padat sebagai ibu rumah tangga, domestik maupun publik, perempuan gereja senantiasa meluangkan waktu dan tenaga serta pengorbanan lainnya demi pelayanan dalam gereja.

Secara kasat mata, jumlah perempuan lebih mendominasi dari pada kaum bapak/pria dalam ibadah-ibadah atau kegiatan gerejawi lainnya; sayangnya jumlah bukan menjadi ukuran sumberdaya.  Kualitas tetap menjadi hal utama dalam hal ini, karena itu dirasa perlu oleh pengurus Persekutuan Wanita Gereja Kristen Sulawesi Selatan  (PW GKSS) Klasis Bulusaraung untuk menyelenggarakan sebuah Pelatihan Kepemimpinan Perempuan lingkup Klasis Bulusaraung.

Pelatihan Kepemimpinan Perempuan ini diseleggarakan atas kerjasama tiga lembaga, yakni; Pengurus PW GKSS Klasis Bulusaraung, Yayasan Pelayanan Holistik Allamahabah (YPHA) dan Yayasan Oase Intim.  Kegiatan yang diselenggarakan di pendopo YPHA, jln Arung Teko ini dihadiri oleh 36 peserta (33 peserta dari jemaat-jemaat di Klasis Bulusaraung dan tiga orang dari jemaat tetangga POUK Kanaan)
Sisca Dalawir Dalam Materi Public Speaking dan Kepribadian Perempuan Kristen

Empat hari pelaksanaan,14-17Agustus 2012 tidak memudarkan semangat para peserta, meski kerinduan kepada keluarga masing-masing tentu merasuk sukma.  Beberapa materi yang disajikan disesuaikan dengan kebutuhan para peserta sesuai hasil rapat persiapan sebelumnya.


Farida Pelupess (kiri) bersama Hj. Dra. St. Hadawiah (kanan)
Di antara materi yang dibahas adalah ketrampilan public speaking dan aspek-aspek kepribadian perempuan (Kristen) difasilitasi Sisca Dalawir; masalah-masalah perempuan dalam keluarga dan masyarakat dari perspektif hukum oleh Lusy Palulungan.  Seorang tokoh pengurus Aisyiyah Propinsi Sulawesi Selatan, Hj. St. Hadawiah, memperkenalkan organisasi perempuan Islam dan kegiatan-kegiatannya. Seorang tamu dari Australia, Henk , juga memperkenalkan tantangan pelayanan perempuan Kristen di negerinya, yang sudah sangat dipengaruhi nilai-nilai sekuler.   Sharing ini bertujuan untuk menambah wawasan para perempuan dalam pelayanan yang tidak hanya terfokus pada pelayanan di dalam tembok gereja tapi juga bagi masyarakat secara lebih luas. 

Akhirnya, kegiatan yang dibuka oleh Majelis Pekerja Klasis Bulusaraung (Pnt. Petrus Rani) dan juga ditutup oleh MPK Klasis Bulusaraung (Pdt. Armin Sukri) pun berakhir tepat pada hari kemerdekaan Indonesia, 17 Agutus 2012.

Pada akhir kegiatan, saya menyempatkan untuk mewawancarai beberapa Ibu untuk dimintai pendapat seputar proses. Menurut pengakuan Ibu Martina dan Ibu Ester dari jemaat GKSS Sudiang, seluruh proses yang berlangsung selama beberapa hari sudah sangat memuaskan dan berharap masih akan diadakan lagi.  Salah satu materi yang sangat berkesan dan dapat segera dipraktekkan adalah materi Public Speaking dan Kepribadian Kristen, karena pada sessi ini para peserta dibekali dengan berbagai aspek etiket pergaulan. Selain itu, Ibu Agustina dan Ibu Dorkas dari Jemaat GKSS Baji Pa’mai Maros menyarankan waktu pelaksanaan ditambah dan jika diadakan lagi perlu diadakan pada saat libur. Bagi mereka banyak hal yang menjadi pelajaran dari pelatihan ini. Dari beberapa peserta yang minta pendapat menyarankan supaya Kesehatan Reproduksi menjadi salah satu materi pada pelatihan selanjutnya.  [Jenifer]

Ny. Abidin Ato, saat menafsirkan Alkitab



Peserta dari POUK Kanaan saat memimpin permainan

Wednesday, August 8, 2012

Ketika Jemaat Betel Sambueja Peringati HAN…



Jalan Dg Sirua, Makassar, Minggu siang, (22/7). Keceriaan bertebaran di dalam sebuah ruangan kecil berukuran 4 x 6 meter. Sekitar 30 bocah duduk dengan rapi meski kondisi ruangan tersebut cukup sempit dan pengap.
Di depan bocah-bocah itu, berdiri seorang bapak. Dia adalah Abner Nibeli, Pendeta Jemaat Betel Sambueja Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS). Pdt. Abner didampingi istrinya, Majelis Jemaat Betel Sambueja dan juga Sri Kusumawati, salah seorang guru pengajar bocah-bocah tersebut.



“Anak-anak, siapa yang rajin belajar?” tanya Pdt Abner dengan nada lembut. Pertanyaan itu langsung disambar acungan tangan dan teriakan sebagian bocah, “Sayaaa….” Pendeta GKSS ini bertanya lagi, “Siapa yang suka membantu mamanya menyapu halaman rumah setiap hari?”
Bocah-bocah yang sebelumnya diam saja kini berebutan mengacungkan tangan dan berteriak penuh semangat, “Sayaaa… Sayaaa!”
“Anak-anak sekalian, kita berkumpul disini karena anak-anak rajin belajar. Makanya Tuhan menyuruh Bapak Abner bertemu dengan anak-anak disini, mau kasih hadiah. Jadi kalau nanti pulang ke rumah, bilang ke orang tua, bapak-ibu, ini hadiahku selama saya belajar,” ujar Pdt Abner. “Terima kasiiih…” seru bocah-bocah itu dengan riang.
Suasana itulah yang tergambar ketika Jemaat Betel Sambueja memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli. Warga jemaat, majelis dan pendeta memperingatinya dengan mengunjungi anak-anak jalanan dan anak kurang mampu. Mereka membagi-bagikan paket sembako dan pakaian layak pakai yang dikumpul oleh warga jemaat.
Disaat pemerintah menunda perayaan Hari Anak Nasional tahun ini, hingga September mendatang, Jemaat Betel Sambueja justru merayakannya lebih awal, sehari sebelum tanggal yang ditetapkan. Mereka mengajak warga jemaat, termasuk anak-anak sekolah minggu untuk terlibat dalam aksi memperingati Hari Anak Nasional.

“Kita mau perlihatkan bahwa kita semua bersaudara. Kita mau perlihatkan kepada anak-anak kita bahwa di luar sana, ada teman mereka, saudara mereka yang berkekurangan, membutuhkan bantuan. Semoga bantuan ini memberi manfaat kepada warga disini, sembako yang kita berikan bisa dipakai untuk berbuka puasa,” ujar Helfri Kapojos, salah seorang Majelis Jemaat Betel Sambueja.
 
Memperingati Hari Anak Nasional tak perlu dengan kemewahan, tapi dengan kesederhanaan, mengekspresikan kepedulian terhadap sesama. Ya, Jemaat Betel Sambueja telah melakukannya. Mereka tidak memandang latar belakang agama, suku dan sebagainya. Karena kasih tidak memandang kepada siapa kita menjatuhkan rasa. (SRIYANTO)

Ada 8 butir pandangan anak Indonesia hasil Kongres Anak Indonesia XI, di Batam, 9-14 Juli lalu. Ini dia suara mereka:

1.      Kami anak Indonesia mengusulkan kepada pemerintah agar pendidikan tentang kesehatan reproduksi remaja dimasukkan dalam kurikulum pendidikan serta meningkatkan pengawasan terhadap pornografi.
2.     Kami anak Indonesia meminta kepada pemerintah untuk meningkatkan kualitas tenaga pendidik, pemerataan fasilitas pendidikan, menyediakan program wajib belajar 12 tahun secara gratis agar tercipta pemerataan kualitas pendidikan bagi seluruh anak Indonesia tanpa diskriminasi.
3.     Kami anak Indonesia mengusulkan agar pemerintah melakukan pemerataan fasilitas sarana dan prasarana (listrik, tansportasi, komunikasi) khususnya di daerah terisolir agar anak-anak yang terisolir dapat berinteraksi dengan teman-temannya yang berada di daerah lain.
4.     Kami anak Indonesia memohon kepada pemerintah untuk membangkitkan kembali permainan tradisional dan edukatif Indonesia, serta mengawasi secara ketat pengaksesan game online dan siaran media elektronik yang tidak layak untuk anak.
5.     Kami anak Indonesia memohon kepada pemerintah untuk meningkatkan pengawasan yang lebih ketat terhadap segala bentuk peredaran narkotika, psikotropika, miras dan zat adiktif lainnya, termasuk rokok sebagai bentuk perlindungan terhadap anak.
6.     Kami anak Indonesia memohon agar pemerintah menyediakan layanan internet gratis khusus anak-anak (mobil internet, rumah internet, user ID khusus anak-anak) agar anak-anak di seluruh Indonesia saling terhubung.
7.     Kami anak Indonesia memohon agar pemerintah dan masyarakat turut mendukung terpenuhinya hak partisipasi anak tanpa diskriminasi.
8.     Kami anak Indonesia memohon agar pemerintah menindaklanjuti dan mengimplementasikan suara anak Indonesia dalam pengambilan kebijakan terkait anak.