Saturday, January 14, 2012

Perayaan 23 tahun Mattirobaji

Kebaktian syukur ulang tahun ke-23 jemaat Mattirobaji diperingati bersamaan dengan kebaktian Minggu 15 Januari 2012 dan dirangkaikan dengan peresmian perluasan konsistori. Kebaktian dipimpin oleh Pdt. Ike Ngelow; setelah laporan panitia pebangunan perluasan konsistori, sambutan disampaikan oleh Ketua Majelis Jemaat (Pnt Ruslan Djalang); Ketua Klasis (Pdt. Armin Sukri); dan wakil MPS GKSS (Osben Sinaga), yang juga diminta menggunting pita peresmian ruangan tambahan konsistori. Acara diakhiri dengan pemotongan tumpeng ulang tahun, dan makan bersama seluruh jemaaat. Makanan disediakan oleh warga jemaat: masing-masing membawa makanan. Nampak hadir tokoh-tokoh senior jemaat: Pdt. Paulus Pellu, Bpk Petrus Katjang; Bpk Osben Sinaga; Ir. Soleman Kalebu; Ny. Kasau; Ny. Ernes Pellu; Ny. Adolfin Ambabunga; dll. Jemaat Mattirobaji masih relatif muda dibanding jemaat GKSS lainnya, dan kecil jumlah warganya: 40 KK kl. 170 jiwa; namun jemaat ini tergolong dinamis, dan telah mampu membangun gedung gereja. Di jemaat ini pula terdapat beberapa tokoh terkemuka GKSS. [selanjutnya lihat di http://oaseintim.org/mattirobaji klik Galeri atau buletin]

Rapat Kerja Klasis Bulusaraung

Rapat Kerja Majelis Klasis Bulusaraung berlangsung di Sekretariat Klasis, Jl. Arung Teko No. 4 Makassar pada tanggal 14 Januari 2012. Rapat dihadiri lebih 40 orang utusan dari jemaat-jemaat se-klasis Bulusaraung. Pdt. Maays E. Baura,, S.Th, Ketua Sinode GKSS memberi sambutan pada Rapat Kerja yang dipimpin oleh Pdt. Armin Sukri, M.Th., Ketua Majelis Klasis Bulusaraung. [Foto bersama Ibu-ibu yang hadir pada Rapat Kerja. Lihat beberapoa foto lainnya di http://www.oaseintim.org/mattirobaji klik Galeri

Thursday, January 12, 2012

23 tahun Jemaat Mattiro Baji

Sykuri dan rayakan ulang tahun ke-23 GKSS Jemaat Mattiro Baji, 15 Januari 1989 - 15 Januari 2012 [dirangkaikan dengan peresmian perluasan konsistori] dalam Kebaktian Hari Minggu, 15 Januari 2012, jam 09.00 di gedung gereja Mattiro Baji, Kompleks TC GKSS.

Masuklah melalui pintu gerbang-Nya dengan nyanyian syukur, ke dalam pelataran-Nya dengan puji-pujian, bersyukurlah kepada-Nya dan pujilah nama-Nya! (Mzr 100:4)

Sunday, January 8, 2012

Membangun Jemaat-jemaat GKSS dalam Tujuh Tahun Kedepan

Catatan lama ini dimuat menyambut penetapan program GKSS Jemaat Mattirobaji thn 2012. Semoga bermanfaat.
Ma’minasa 2015: Membangun Jemaat-jemaat GKSS dalam Tujuh Tahun Kedepan [Berdasarkan presentasi pada peringatan HUT GKSS, 10 Juni 2008 di Pandangpandang]
Saudara-saudara pimpinan dan warga GKSS Klasis Makassar, salam sejahtera dalam Nama Tuhan Yesus Kristus. Selamat Merayakan Hari Ulang Tahun GKSS, 12 Juni 2008 (sekalipun saya berpendapat GKSS lahir bukan pada persidangan Sinode tahun 1966 di Makassar, melainkan persiapan sinode tahun 1965 di Soppeng). Melalui tulisan singkat ini, saya ingin memperjelas gagasan yang saya mulai kedepankan dalam percakapan di gereja Jemaat GKSS Pandang-pandang pada tanggal 10 Juni : Merumuskan Visi Jemaat 2015. Dan sekalipun gagasan ini untuk jemaat-jemaat GKSS Klasis Makassar (yang berlokasi di Makassar dan Sungguminasa – itu makna Ma’minasa sebagai singkatan, di samping makna kata: minasa = cita-cita luhur) para pimpinan dan warga jemaat lainnya, bahkan di luar GKSS bebas mengaplikasikan bagi jemaatnya.
1. Titik Tolak Merumuskan Visi Jemaat untuk tujuh tahun mendatang bertolak dari dua hal mendasar, yakni (1) panggilan Tuhan atas gereja-Nya yang dijalankan dalam jemaat adalah panggilan mulia yang tidak bisa dikerjakan secara rutin tanpa perencanaan dan pelaksanaan yang serius; (2) kehidupan jemaat-jemaat masa kini sudah harus diselenggarakan mengikuti pola kerja managemen organisasi moderen untuk dapat berhasil melakukan tugasnya atau mencapai tujuannya secara efektif dan efisien. Dengan kata lain, misi gereja – yang berakar dalam missi Deo, misi Allah mengasihi-menyelamatkan dunia – perlu dijabarkan ke dalam visi jangka pendek untuk diwujudkan melalui perencanaan dan pelaksanaan yang efisien dan efektif.
2. Siapa? Perumusan Visi Jemaat dilakukan oleh seluruh jajaran pimpinan jemaat: pendeta jemaat, Majelis Jemaat, pimpinan OIG, bahkan tua-tua dan para tokoh di dalam jemaat. Perumusan harus berlangsung secara terbuka dan kritis, dan dalam prinsip kebersamaan: bersama-sama menggagas masa depan bersama! Setiap orang wajib memberi dan dipertimbangkan pendapatnya sedemikian rupa bahwa rumusan yang dicapai adalah rumusan bersama, bukan rumusan dari satu orang. Dalam suatu organisasi, kemampuan bersama jauh lebih baik atau lebih besar, dari kemampuan seorang atau beberapa orang saja dalam organisasi itu. Dalam urusan visi, kalau orang bermimpi sendiri maka mimpinya tetap mimpi, tetapi kalau mimpi bersama-sama maka mimpinya akan menjadi kenyataan.
3. Data Perumusan Visi Jemaat harus didasarkan pada data jemaat yang jelas dan akurat, karena visi harus bertolak dari kenyataan aktual. Karena itu pimpinan (Majelis) Jemaat harus memiliki data yang selengkap mungkin. Perumusan visi tidak bisa dikerjakan dengan bertolak dari perkiraan-perkiraan saja. Data itu terutama harus mencerminkan potensi di dalam jemaat, yang menjadi modal atau kekuatan dalam penyelenggaraan tugas atau pencapaian tujuan jemaat.
4. Visi dan Citra Bertolak dari kenyataan jemaat saat ini, apa yang anda yakin – dengan perkenan Tuhan -- dapat diwujudkan tahun 2015 melalui upaya-upaya bersama secara serius dan terencana memajukan jemaat. Pilihlah berdasarkan visi tadi, aspek yang mendapat tekanan utama -- koinonia, martyria, diakonia -- apa “citra diri jemaat” yang anda anggap paling tepat bagi jemaat anda? Rumuskan secara konrit dalam kalimat slogan, misalnya “Jemaat Yang Memuji”; atau “Jemaat Yang Peduli.” Dapat pula dengan tambahan logo. Visi Jemaat terkait dengan aspek-aspek tri-panggilan gereja (koinonia, martyria, diakonia) atau enam panggilan sebagaimana dikembangkan Oase (koinonia, martyria, diakonia + oikonomia, leitourgia, didache). Dalam hal ini perlu memilih aspek yang paling cocok menjadi penekanan dalam jemaat, yakni sesuai potensi yang ada. Rumusan Visi Jemaat dalam bentuk kalimat pendek yang mengungkapkan “mimpi” apa yang anda bersama-sama. Rumusan visi haruslah menggetarkan hati, atau membakar semangat untuk mewujudkannya. Sebagaimana dinyatakan di atas, visi haruslah urusan bersama, mimpi bersama yang menggetarkan-menggerakkan seluruh jemaat. Sebagai contoh-contoh: Dalam pencitraan dirinya, Jemaat GKSS Pandang-pandang bermimpi “menjadi jemaat yang beribadah”, yakni mengandalkan potensi menyanyi warganya untuk melayani melalui paduan suara dan nyanyian jemaat. Terkait dengan itu adalah pembaruan liturgi yang memungkinkan potensi diaktualisasikan (bakat-bakat yang ada tersalurkan), dan juga dapat berlangsung “ibadah yang menggetarkan hati”. Jemaat GKSS Makkio Baji bermimpi “menjadi jemaat diakonia”, yang mampu menyediakan bantuan materil – melalui usaha pengembangan sumber dana – untuk membantu secara karitatif maupun transformatif warga gereja dan warga masyarakat; termasuk layanan kesehatan, pengembangan SDM, dsb. Jemaat GKSS Kertago Borongloe masih mencari-cari yang relevan bagi potensinya. Wakil-wakil jemaat ini mengedepankan berbagai kebutuhan sarana/prasarana (renovasi gedung gereja, ruangan pastoral, dsb) dan rupanya belum sampai pada suatu kejelasan apa mimpinya untuk tujuh tahun ke depan.
5. Layanan Unggulan Pencitraan diri secara ideal, seperti Jemaat GKSS Makkio Baji “menjadi jemaat diakonia” atau “jemaat yang peduli kaum miskin” [ini contoh saja, yang masih dapat dikembangkan lebih lanjut] menyiratkan bahwa layanan unggulan jemaat ini adalah di bidang diakonia sosial. Jemaat gkss Pandang-pandang mengedepankan koinonia-liturgis (kebaktian yang menggetarkan hati). Layanan-layanan unggulan macam ini, akan berdampak terhadap aspek-aspek lain kehidupan jemaat: menjadi kesaksian yang menarik orang-orang untuk bergabung (sehingga menambah jumlah warga), mendorong pengambangan diri warga sehingga aspek kemajuan kwalitas iman, kasih, pengharapan meningkat pula, termasuk segi-segi persaudaraan yang menguat.
6. Jemaat Ideal Saya telah menyampaikan gambaran umum jemaat yang ideal, yakni menonjol salah satu atau beberapa hal berikut [biasanya yang satu mendukung terwujudnya yang lain]:
* Ibadah jemaat menggetarkan: entah tenang teduh, entah hingar-bingar dengan musik dan nyanyian, tetapi orang mengikuti dengan penuh perasaan dan konsentrasi. *Adanya pelayanan pastoral yang dirasakan orang sebagai dukungan menghadapi berbagai pergumulan pribadi dan keluarga; bahkan dalam bentuk program trauma healing. *Adanya persaudaraan yang akrab dalam jemaat dan jaringan ekumenis antar jemaat/gereja: orang mengalami kehidupan sebagai sesama warga gereja sebagai satu keluarga besar yang saling peduli dan terikat. Dalam pertemuan ibadah berlangsung pula percakapan-percakapan, bahkan sharing pergumulan (curhat); terbuka saling bantu melayani dalam keperluan. Bergairah bersama mendukung kegiatan-kegiatan yang diprogramkan jemaat, dsb. Terdapat pula hubungan-gubungan ekumenis antar jemaat/gereja karena orang termotivasi dan bergairah dalam setiap kegiatan bersama. * Angka pertambahan warga yang bermakna: jemaat yang hidup dengan persekutuan yang akrab diminati orang (band. Kis 2:42-47). Sebaliknya, orang malas dan pelan-pelan mengundurkan diri dari persekutuan yang suam; orang kehilangan gairah dan motivasi untuk mendukung kegiatan jemaat. *Aktivitas diakonia dan/atau pastoral: jemaat yang hidup memang memberi perhatian pada kebutuhan warganya, juga kebutuhan sosial-ekonomi. Dan bukan sekadar bikisan Natal atau Paskah (model BLT?), melainkan suatu program rutin yang berbentuk diakonia karitatif maupun transformatif, bahkan bisa dalam bentuk crisis center. *Partisipasi warga sebagai SDM bertalenta: jemaat yang hidup mendorong dan memberi kesempatan pada setiap warga untuk memanfaatkan talentanya dalam pelayanan jemaat. Entah apa, tetapi setiap warga dilengkapi Tuhan dengan talenta (1 Kor 12: 4 dst), yang dapat dimanfaatkan secara langsung atau setelah melalui program-program pemberdayaan. *Jaringan dialog antar-iman: penting pula bahwa jemaat sadar akan kehadirannya di tengah-tengah masyarakat umum, yang dalam konteks kita adalah masyarakat majemuk juga dalam agama. Sebab itu hubungan-hubungan antar-penganut agama (interfaith) yang harmonis perlu dikembangkan. Ada sedikitnya tiga alasan teologis untuk itu: (1) Allah adalah Tuhan atas semua orang dan semesta ciptaan, yang juga mengasihi semua orang; (2) dalam panggilam misioner jemaat, kesaksian Injil hanya dapat dinyatakan melalui pergaulan yang baik dengan semua orang; dan (3) panggilan gereja mendukung kehidupan bersama yang rukun selaku satu bangsa Indonesia. *Pengembangan sarana teknologi informasi / komunikasi. Di setiap jemaat dapat dikembangkan pusat data, informasi dan pelayanan, misalnya melalui internet dalam bentuk mailing list atau website dan weblog. Siaran radio juga merupakan sarana layanan yang dapat dipertimbangkan diselenggarakan jemaat.
7. Pilihan Culture Gereja diikat oleh nilai-nilai Kristen yang dijabarkan dari Firman Tuhan. Culture suatu jemaat adalah nilai yang dipromosikan sebagai nilai andalan yang membentuk karakter suatu jemaat. Rasul Paulus menyebut tiga nilai utama: iman, pengharapan dan kasih (1 Kor 13:13). Tetapi ada pula nilai-nilai kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri (Gal 5:22,23). Nilai mana paling cocok untuk jemaat anda? Sebaiknya pilihan nilai untuk menjadi karakter culture suatu jemaat dihubungkan dengan citra diri ideal dan program layanan unggulannya. Karena Makkio Baji, misalnya, mengidealkan citra diri sebagai jemaat diakonia, maka culture-nya cocok dengan kemurahan.
8. Visi dan Kepemimpinan Percakapan di Pandang-pandang menyinggung aspek leadership, management dan pendeta jemaat. Pimpinan Jemaat (dalam hal ini Majelis dan Pendeta Jemaat) adalah sekaligus leader dan manager. Kedua fungsi itu dapat dibandingkan sbb:
  • LEADER Ber-inovasi Mengembangkan Meng-inspirasi Berpandangan jangka-panjang Mempersoalkan apa dan mengapa Memulai yang baru Menantang status quo Do the right things
  • MANAGER Meng-administrasikan Memelihara Mengontrol Berpandangan jangka-pendek Mempersoalkan bagaimana dan kapan Mem-formal-kan Menerima status quo Do things right
Visi dimulai oleh pemimpin, namun harus menjadi visi bersama seluruh jemaat. Jadi, dalam prakteknya, perumusan visi dilakukan dalam kapasitas sebagai leader, namun dalam pelaksanaannya lebih sebagai manager. Karena itu Pimpinan Jemaat harus sungguh-sungguh memahami konsepsi visi jemaat dan mengetahui berbagai aspek operasional aplikasinya sesuai prinsip-prinsip efektivitas dan efisiensi managemen organisasi moderen. Pimpinan jemaat harus memulai memantapkan dalam kalangannya. Pendeta dan seluruh Majelis jemaat harus sungguh-sungguh sefaham mengenai visi dan langkah-langkah aplikasinya. Tidak boleh ada perbedaan pemahaman yang akan membingungkan jemaat. Dalam hal ini penting dokumen-dokumen rumusan tertulis sebagai acuan bersama.
9. SWOT dan Aksi Visi yang telah dirumuskan secara lengkap perlu dijabarkan ke dalam aksi, atau program-program pelaksanaannya. Untuk suatu visi tujuh tahun, perlu program per tahun yang sedemikian rupa berangsung-angsur mewujudkannya. Program-program aksi tahunan itu akan bergantung pada hasil analisis SWOT, yang merupakan kegiatan pertama setelah perumusan visi. Dengan perumusan Visi telah ditetapkan suatu tujuan. Maka berdasarkan tujuan itu suatu analisis SWOT dikerjakan secara saksama untuk menemukan kekuatan-kekuatan (Strengths) dan kelemahan-kelemahan (Weaknesses) di dalam jemaat, dan peluang-peluang (Opportunities) serta tantangan-tantangan (Threats) dari luar.
10. Status jemaat ekumene? Status “jemaat oikoumene” membuka kemungkinan warga jemaat menjadi anggota rangkap di jemaat GKSS dan di jemaat gereja lain. Saya menghimbau pimpinan jemaat dan pimpinan Klasis/Sinode GKSS meninjau lagi status keanggotaan rangkap itu, karena lebih menjadi beban daripada pendukung pelayanan. Jemaat ekumene [ini ejaan yang baku dalam bahasa Indonesia daripada bentuk kata bahasa Latin: oikoumene] sebaiknya bukan status keanggotaan warga jemaat, melainkan status kelembagaan jemaat, yakni sebagai jemaat yang terbentuk dari latar warga gereja yang berbeda-beda di bawah tanggungjawab PGIW, yang diserahkan kepada pelayanan GKSS. Dengan tidak adanya keanggotaan rangkap, warga jemaat dapat berkonsentrasi untuk hak-hak dan kewajiban-kewajibannya dalam jemaat.
11. Bagaimana mulai? Suatu pemanasan telah dilakukan dalam pertemuan kemarin di Pandang-pandang. Harapan saya adalah masing-masing jemaat mulai mengembangkan wacana visi jemaat untuk tujuh tahun mendatang, sehingga tiba pada suatu momen yang tepat untuk merumuskan dan menetapkannya. Mudah-mudahan dengan tuntunan Roh Tuhan mimpi ini menjadi kenyataan.
Salam, Zakaria Ngelow

Sifat Gereja dalam Tujuh Jemaat di Kitab Wahyu

[Khotbah Pdt John Palondongan, 8 Jan 2012]
1. Jemaat di Efesus (Wahyu 2 : 1 - 7): Gereja yang telah meninggalkan kasih yang semula (2 : 4) 2. Jemaat di Smirna (Wahyu 2 : 8 - 11): Gereja miskin dan mengalami penganiayaan (2 : 9) 3. Jemaat di Pergamus (Wahyu 2 : 12 - 17): Gereja yang perlu bertobat (2 : 13 - 15) 4. Jemaat di Tiatira (Wahyu 2 : 18 - 29): Gereja yang mengalami penyesatan (2 : 20) 5. Jemaat di Sardis (Wahyu 3 : 1 - 6): Gereja yang tmati (3 : 1) 6. Jemaat di Filadelfia (Wahyu 3 : 7 - 13): Gereja yang setia (3 : 8) 7. Jemaat di Laodikia (Wahyu 3 : 14 - 22): Gereja yang imannya suam - suam kuku (3 : 15 - 16)
Gereja yang ideal adalah setia seperti Jemaat Filadelfia: "Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku." (Why 3:8.
Peta: 7 jemaat ini terletak di bagian Barat negara Turki sekarang.

Untuk suatu uraian sederhana yang informatif lihat: 7 jemaat di kitab Wahyu & perkembangan sejarah Gereja I/II dalam http://ayumarleen.blogspot.com/2010/02/7-jemaat-di-kitab-wahyu-perkembangan.html
Salah satu tafsiran online yang memberi latar belakang jemaat-jemat Wahyu, lihat: David Guzik's Commentary on Revelation (http://www.enduringword.com/commentaries/6602.htm; http://www.enduringword.com/commentaries/6603.htm)