Tuesday, March 20, 2012

Sikap Gereja dalam melawan Korupsi






Keputusan Sidang MPL PGI, No. 12/MPL-PGI/XV/2012
tgl 26-30 Januari 2012 
di Melonguane, Kab. Kepulauan Talaud
Sulawesi Utara


A.     PENDAHULUAN
Indonesia adalah negeri yang kaya dan subur. Namun justru di negeri yang berlimpah sumber daya alam ini, sebagian besar rakyat Indonesia terpuruk dalam kemiskinan. Akar penyebabnya adalah korupsi berlangsung sistemik. Korupsi telah merampas hak anak-anak untuk menikmati akses pendidikan yang berkualitas dan mengambil dengan paksa hak jutaan masyarakat yang tidak dapat merasakan pelayanan kesehatan yang memadai. Di samping memotong hak masyarakat untuk merasakan hasil-hasil pembangunan, korupsi juga telah menyebabkan berkurangnya lingkup jangkauan dan mutu pembangunan sarana dan prasarana kesejahteraan rakyat banyak. Sungguh, korupsi adalah kejahatan yang luar biasa (extraordinary crime).
Pemberantasan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme yang menjadi salah satu issu utama Reformasi belum sepenuhnya dijalankan dengan baik. Dalam berbagai kasus malah terkesan, pemberantasan korupsi melukai rasa keadilan masyarakat. Sungguh sebuah paradoks, ketika para pejabat yang sudah menjadi tersangka kasus korupsi dengan mudah menerima vonis bebas pengadilan, sementara segelintir rakyat miskin yang mengambil tiga biji kakao atau setandan pisang karena terdesak kebutuhan untuk bertahan hidup, harus menerima hukuman yang lebih berat. Tingkat korupsi yang begitu tinggi juga sangat paradoks dengan ideologi Pancasila dan  Indonesia sebagai negara yang agamis.
Sementara itu, pemerintahan yang dikelola oleh warga gereja di basis-basis kristen pun tidak luput dari masalah korupsi. Beberapa pejabat yang berasal dari warga gereja juga ada yang terlibat tindak pidana korupsi.
Dalam perspektif kristen, perbuatan korupsi adalah penyangkalan terhadap hakekat manusia sebagai gambar Allah, Imago Dei (Kej 1:27). Alkitab mengajarkan kita untuk mengecam segala usaha yang mencari keuntungan bagi diri sendiri dan kelompok, melalui penyalahgunaan jabatan dan kekuasaan (Mat 23:25).  Gereja seharusnya menyaksikan pola hidup sederhana sebagaimana diajarkan Yesus, yang harus mengutamakan harta sorgawi daripada harta duniawi (Mat 6:19, bnd Mat 19:21).

B.   SIKAP GEREJA-GEREJA
Oleh karena itu Sidang MPL PGI di Melonguane yang berlangsung 26-30 Januari 2012, setelah membahas dan menganalisis kenyataan korupsi di Indonesia, mengambil kesimpulan bahwa korupsi telah menjadi suatu kejahatan sosial yang tidak dapat diterima. Korupsi merusak akhlak secara individu dan sosial. Korupsi juga telah memotong/menghilangkan  hak-hak masyarakat dalam memperoleh kesejahteraan. Korupsi adalah perbudakan manusia kepada Mammon, yang merupakan penyangkalan terhadap Allah yang setia memelihara kehidupan manusia.  Mega-korupsi di kalangan penyelenggara negara kita dewasa ini menista martabat manusia dan sekaligus melecehkan kekudusan Allah.  Atas dasar itu Sidang MPL PGI 2012 di Melonguane menyatakan sikap untuk melawan korupsi sampai ke akar-akarnya.

B.     PANDUAN BAGI GEREJA UNTUK MELAWAN KORUPSI
1.       Gereja konsisten menunjukkan pola hidup sederhana, kerja keras, saling berbagi, dan menjadi contoh yang baik dalam pengelolaan anggaran dan aset-aset gereja yang transparan dan akuntabel. Gereja harus bersih dari perilaku koruptif.
2.       Memastikan bahwa gereja berada di garda terdepan melawan segala bentuk korupsi.
3.       Mendorong gereja-gereja untuk melakukan pendidikan anti korupsi melalui kurikulum pengajaran sekolah minggu dan katekisasi, sehingga pemahaman korupsi sebagai kejahatan luar biasa ditanamkan sejak usia dini. Pendidikan anti korupsi juga dilakukan melalui bahan khotbah dan pembinaan warga jemaat.
4.       Gereja menempatkan diri sebagai partner kritis pemerintah yang saling memberdayakan. Gereja juga  harus berani menyatakan penolakan terhadap sumbangan/bantuan yang terindikasi korupsi agar terhindar dari praktek pencucian uang (money laundry) yang berkedok bantuan sosial.
5.       Gereja-gereja menjauhkan diri dari godaan untuk mendukung pasangan tertentu dalam perhelatan Pemilu dan Pemilukada dan memberi apresiasi kepada pemimpin yang takut akan Allah dan benci kepada pengejaran suap (Kel 18:21).

Monday, March 19, 2012

Paskah Mattirobaji 2012



 

Perayaan Paskah GKSS Jemaat Mattirobaji pada tanggal 7 dan 8 April 2012.

Tema: Makna Salib Kristus terhadap peningkatan spritualitas Jemaat untuk hidup memuliakan Tuhan. Salah satu acara yang akan dilaksanakan adalah Sharing/Diskusi dengan topik Spiritualitas Salib Kristus pada Sabtu, 7 April, pukul 16.30 - 18.30 di gedung gereja. Panitia mengundang seluruh Warga Jemaat dan simpatisan menghadiri kegiatan ini. Tuhan berkati.


Tuesday, March 13, 2012

Pembacaan Alkitab Minggu: April-Juni


Dikutip dari BAKI PGI 2012

April

Minggu, 1 April : Yeremia 23:16-32 Pagi: Mazmur 118 Petang: Mazmur 145 1 Korintus 9:19-27 Markus 8:31-9:1

Minggu, 8 April : Yesaya 50:4-9a Pagi: Mazmur 118, 1-2, 19-29 Petang: Mazmur: 31:9-16 Filipi 4:5-11 Pagi: Matius 26:14-27:66 Petang: Matius 27:11-54 Paska

Minggu, 15 April : Pagi: Keluaran 12:1-14 Mazmur 148, 149, 150 Yohanes 1:1-18 Petang: Yesaya 51:9-11 Mazmur 113, 114 Yohanes 20:19-23

Minggu, 22 April : Yesaya 43:8-13 Pagi: Mazmur 146, 147 Petang: Mazmur 111, 112, 113 1 Petrus 2:2-10 Yohanes 14:1-7

Minggu, 29 April : Daniel 4:1-18 Pagi: Mazmur 148, 149, 150 Petang: Mazmur 114, 115 1 Petrus 4:7-11 Yohanes 21:15-25

Mei

Minggu, 6 Mei : Yosua 4:19-24, 5:1-9 Pagi: Mazmur 63, 98 Petang: Mazmur 103 1 Petrus 5:1-11 Matius 7:15-29 Hari Raya Waisak Tahun 2554

Minggu, 13 Mei : Yosua 17:14-18 Pagi: Mazmur 24, 29 Petang: Mazmur: 8, 84 2 Tesalonika 2:13-17 Matius 7:7-14

Minggu, 20 Mei : Yosua 24:1-28 Pagi: Mazmur 93, 96 Petang: Mazmur 34 1 Timotius 3:14-4:5 Matius 13:24-34a

Minggu, 27 Mei : Yehezkiel 3:16-27 Pagi: Mazmur 66, 67 Petang: Mazmur 19, 46 Efesus 2:1-10 Matius 10:24-33, 40-42 Pentakosta

Juni

Minggu, 3 Juni : Yesaya 11:1-9 Pagi: Mazmur 118 Petang: Mazmur 145 1 Korintus 2:1-13 Yohanes 14:21-29

Minggu, 10 Juni : Ulangan 11:1-12 Pagi: Mazmur 146, 147 Petang: Mazmur 111, 112, 113 Efesus 4:1-16 Yohanes 1:1-18

Minggu, 17 Juni : 2 Tawarikh 32:1-23 Pagi: Mazmur 93, 96 Petang: Mazmur 34 Wahyu 15:1-8 Matius 18:1-4 [Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW ]

Minggu, 24 Juni : 1 Samuel 4:12-22 Pagi: Mazmur 66, 67 Petang: Mazmur 19, 46 Yakobuses 1:1-18 Matius 19:23-30

Friday, March 2, 2012

Pra-Paskah



Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Pra-Paskah (bahasa Inggris: Lent; bahasa Latin: Quadragesima, "ke-40"[1]) adalah masa yang mendahului hari raya Paskah dalam agama Kristen. Masa ini mencakup empat puluh hari mulai hari Rabu Abu sampai hari Minggu Paskah, dengan berbagai liturgi yang diakhiri sampai Kamis Putih, menjelang peringatan 3 peristiwa amat penting yaitu Kematian Yesus pada hari Jumat Agung, yang dilanjutkan dengan penguburannya dan masa tinggalnya di dalam kubur, serta kebangkitan-Nya dari kematian pada hari Minggu Paskah.

Kalau Paskah memperingati kebangkitan Yesus setelah kematiannya di atas kayu salib, masa Pra-Paskah berhubungan dengan persiapan Pekan Suci, yang memperingati kejadian yang menuju ke Pengadilan Yesus terakhir oleh Kekaisaran Romawi. Ini terjadi di antara tahun 29-33 Masehi.

Secara tradisional, Pra-Paskah ini merupakan persiapan penyesalan orang percaya, melalui doa, penyesalan, pertobatan, pemberian sedekah, dan mengingkari diri. Tujuan ini lebih ditekankan saat memasuki masa perayaan tahunan Pekan Suci, yaitu peristiwa Kematian dan Kebangkitan Yesus. Ada empat puluh hari dalam masa pra-paskah yang ditandai dengan berpantang dari makanan dan kenikmatan, dan sikap penyesalan lainnya. Hal ini merujuk pada peristiwa yang dicatat di kitab-kitab Injil Sinoptik (Injil Matius, Injil Markus dan Injil Lukas, bahwa Yesus Kristus berpuasa 40 hari 40 malam lamanya di padang gurun sebelum memulai pekerjaan-Nya, di mana Ia dicobai oleh Iblis.[2][3][4]
Acolyte mematikan lilin di atas altar yang dihiasi warna ungu untuk Pra-Paskah. Perhatikan bahwa salib dan patung sering dibungkus kain ungu, dan tidak ada bunga maupun persembahan yang diperlihatkan. Rabu Abu, dalam sebuah gereja Episkopal di Tennessee, Amerika Serikat.
Jemaat merayakan Pra-Paskah dengan barisan pawai selama Pekan Suci. Warna ungu sering dihubungkan dengan penyesalan dan pertobatan. Kebiasaan penyesalan yang serupa dijumpai di negara-negara lain, kadang termasuk penyiksaan tubuh. Granada, Nicaragua.

Di sejumlah gereja Kristen, enam hari Minggu di antara hari Selasa sebelum Rabu Abu (Shrove Tuesday) dan Minggu Paskah tidak dihitung dalam 40 hari Pra-Paskah, sehingga tanggal hari Selasa itu lebih dari 40 hari sebelum Paskah. Peristiwa ini, dengan kebiasaan-kebiasaan yang khusyuk, diperingati di gereja-gereja Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Katolik Roma, Lutheran, Methodist, Presbyterian, Anglikan dan sejumlah gereja Baptis.[5][5][6][6] Pra-Paskah ini sekarang juga diperingati di beberapa denominasi yang dulunya mengabaikannya, misalnya di sejumlah gereja Baptis dan Mennonit.[7]

Lamanya masa Pra-Paskah

Kebanyakan penganut agama Kristen memperingati Pra-Paskah sejak hari Rabu Abu dan berakhir pada hari Kamis Putih.[4][8] Enam hari Minggu di antaranya tidak dihitung, karena masing-masing merupakan "Paskah kecil", yaitu peringatan kemenangan Yesus atas dosa dan kematian.[3] Salah satu perkecualian yang terkenal adalah di Archdiocese of Milan, yang mengikuti "ritual Ambrosian" (Ambrosian Rite) di mana Pra-Paskah dimulai pada hari Minggu 6 minggu sebelum Paskah.[9]

Sejak Konsili Vatikan Kedua, gereja Katolik Roma menetapkan hari Jumat Agung sampai Sabtu Suci sebagai dua hari pertama "Easter Triduum" dan bukan lagi sebagai dua hari terakhir Pra-Paskah, meskipun peringatan Pra-Paskah tetap dilanjutkan sampai "Easter Vigil".

Di gereja-gereja yang mengikuti "Ritus Konstatinopel" (misalnya gereja Ortodoks Timur dan gereja Katolik Timur), 40 hari Pra-Paskah dihitung berbeda, sebagaimana perbedaan perhitungan tanggal untuk hari Paskah. Puasa dimulai pada hari Senin Murni ("Clean Monday"), dengan memasukkan setiap hari Minggu, sampai berakhir pada hari Jumat sebelum Minggu Palem. Hari-hari khusus Sabtu Lazarus ("Lazarus Saturday"), Minggu Palem dan Pekan Suci dianggap masa puasa yang terpisah. Seluruh masa Pra-Paskah ini disebut "Great Lent".

Dalam gereja Ortodoks Oriental, ada sejumlah tradisi setempat selama Pra-Paskah. Gereja Ortodoks Koptik, gereja Ortodoks Etiopia dan gereja Ortodoks Eritrea memperingati 8 minggu Pra-Paskah, di mana tanpa menyertakan hari Sabtu dan Minggu, merupakan 40 hari puasa.[9]
Asal nama

Dalam liturgi bahasa Latin dipakai istilah quadragesima, yaitu terjemahan dari bahasa Yunani "Τεσσαρακοστή" (Tessarakoste, "ke-40" hari sebelum Paskah). Istilah ini dipelihara dalam bahasa Romana (Romance), bahasa Slavik dan bahasa Keltik (Celtic), misalnya bahasa Spanyol cuaresma, bahasa Portugis quaresma, bahasa Perancis carême, bahasa Italia quaresima, bahasa Romania paresimi, bahasa Kroasia korizma, bahasa Irlandia Carghas, dan bahasa Wales C(a)rawys.

Di akhir Abad Pertengahan, ketika khotbah diberikan dalam bahasa rakyat, tidak lagi dalam bahasa Latin, istilah bahasa Inggris lent mulai dipakai. Kata ini mulanya berarti "musim semi", seperti dalam bahasa Jerman Lenz dan bahasa Belanda lente), yang berasal dari akar kata bahasa Jermanik long (=panjang), karena di musim semi, hari (siang hari) jelas terasa lebih panjang dari musim dingin sebelumnya.[10]

Perayaan sebelum Pra-Paskah

Perayaan karnaval tradisional yang mendahului masa Pra-Paskah diadakan sebelum memasuki masa puasa. Yang paling terkenal adalah di Rio de Janeiro; di samping karnaval di Trinidad & Tobago, Venice, Cologne, Mobile di Alabama dan New Orleans di Louisiana. Acara ini terkenal dengan nama Mardi Gras atau "Shrove Tuesday" atau "Fat Tuesday" (hari "Selasa Gemuk").
Puasa dan pantangan

Puasa di masa Pra-Paskah lebih berat di zaman dulu daripada zaman sekarang. Socrates Scholasticus mencatat bahwa di beberapa tempat, semua bahan makanan dari binatang dilarang, sementara di tempat lain ikan dan burung boleh dimakan, buah-buahan dan telur dilarang, dan di tempat lain hanya makan roti. Ada tempat dimana umat berpantang makan selama satu hari penuh; di tempat lain hanya makan sekali sehari, atau berpantang makan sampai jam 3 siang. Di banyak tempat, kebiasaan puasa ini diakhiri di waktu petang, di mana umat hanya makan makanan kecil tanpa sayur maupun alkohol.

Di awal Abad Pertengahan, bahan makanan mengandung daging, telur dan susu umumnya dilarang. Thomas Aquinas berpendapat bahwa "bahan-bahan itu memberi kesukaan lebih banyak (daripada ikan), dan banyak nutrisi bagi tubuh, sehingga dengan memakannya memberi lebih banyak kelebihan untuk proses seminal, yang jika berlebihan memberi dorongan kepada hawa nafsu."[11] Namun, dispensasi untuk bahan dari susu diberikan sebagai donasi untuk pembangunan sejumlah gereja, termasuk "Butter Tower" dari Rouen Cathedral. Di Spanyol, peraturan untuk "Holy Crusade" (diperbarui secara teratur setelah tahun 1492) mengijinkan makan bahan dari susu[12] dan telur selama Pra-Paskah sebagai ganti kontribusi kepada konflik. Giraldus Cambrensis dalam tulisannya Itinerary of Archbishop Baldwin through Wales melaporkan bahwa "di Jerman dan daerah arktik," "orang-orang saleh," makan ekor berang-berang (beaver) sebagai "ikan" karena bentuknya mirip dengan ikan dan mudah didapat.[13]

Di masyarakat barat kebiasaan ini sekarang lebih kendor, meskipun di gereja Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental dan Gereja Katolik Timur, masih berlaku pantangan untuk semua bahan binatang termasuk ikan, telur, burung dan susu yang dari binatang (kambing atau sapi, bukan dari kacang kedelai atau kelapa), sehingga hanya makanan dari tumbuhan (vegetarian/vegan) yang dimakan selama 44 hari Pra-Paskah mereka. Dalam gereja Katolik Roma ada kebiasaan untuk berpantang makan daging binatang mamalia dan burung pada hari Rabu Abu dan setiap hari Jumat selama Pra-Paskah, meskipun ikan dan makanan dari susu diijinkan dimakan. Pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung juga ada kebiasaan untuk puasa sehari penuh, tanpa daging, makan hanya sekali sehari, atau jika perlu, dua kali makanan kecil.

Hari-hari Raya

Sejumlah hari penting selama Pra-Paskah:

Rabu Abu, hari pertama masa Pra-Paskah di gereja barat.
Clean Monday (atau "Senin Abu"), hari pertama Pra-Paskah di gereja timur.
Hari Minggu Pra-Paskah ke-4, yang menandai titik tengah antara Rabu Abu dan Paskah, kadang disebut Laetare Sunday, di gereja Katolik Roma, atau "Mothering Sunday", yang menjadi sama dengan "Mother's Day" di Inggris. Namun, mulanya adalah perayaan di abad ke-16 untuk "Mother Church" (gereja induk). Pada hari Laetare Sunday, pastor boleh memakai jubah berwarna merah muda, sebagai pengganti ungu.
Hari Minggu Pra-Paskah ke-5, juga disebut Passion Sunday (istilah ini juga dipakai untuk Minggu Palem), menandai permulaan Passiontide
Hari Minggu Pra-Paskah ke-6, umumnya disebut Minggu Palem, menandai permulaan Pekan Suci, minggu terakhir Pra-Paskah sebelum Minggu Paskah.
Hari Rabu dalam Pekan Suci disebut "Spy Wednesday" (Rabu Mata-mata atau Pengintai) untuk memperingati hari-hari Yudas Iskariot mengintai Yesus Kristus di taman Getsemani sebelum mengkhianati-Nya.
Hari Kamis dalam Pekan Suci disebut Kamis Putih (Maundy Thursday atau Holy Thursday), merupakan hari peringatan Perjamuan Terakhir yang dilakukan oleh Yesus Kristus dengan murid-murid-Nya.
Jumat Agung, hari peringatan Kematian Yesus dan penguburan-Nya

Dalam gereja Katolik Roma, Easter Triduum adalah peringatan tiga hari yang dimulai dengan nyanyian pembukaan Mass untuk Perjamuan Kudus. Setelah peringatan hari Kamis Putih sore, hosti kudus diambil dengan khusuk dari altar ke tempat penyimpanan dimana orang percaya diundang untuk menyembah "tubuh kudus Kristus". Di hari berikutnya, diadakan liturgi peringatan penderitaan Kristus pada pukul 3 sore. Ibadah ini terdiri dari pembacaan Alkitab terutama dari Injil Yohanes tentang penderitaan Yesus Kristus, diikuti dengan doa, pemujaan salib Yesus dan kemudian Perjamuan Kudus dimana hosti, yang dikuduskan pada sore sebelumnya, dibagikan. Easter Vigil di waktu malam antara Sabtu Suci petang dan Minggu Paskah subuh dimulai dengan pemberkatan api dan lilin khusus dengan pembacaan Alkitab yang berhubungan dengan baptisan, lalu menyanyikan Gloria in Excelsis Deo, pemberkatan air, dilakukan baptisan dan konfirmasi untuk orang dewasa, kemudian jemaat diundang untuk memperbarui janji baptisan mereka; akhirnya Mass dilakukan seperti biasa mulai dari "Preparation of the Gifts" dan selanjutnya.

Pekan Suci dan masa Pra-Paskah, tergantung dari denominasi Kristen dan kebiasaan setempat, diakhiri dengan Easter Vigil pada Sabtu Suci sore atau subuh pada hari Minggu Paskah. Ada kebiasaan di sejumlah gereja untuk mengadakan ibadah subuh di lapangan terbuka.

Dalam gereja Katolik Roma, Lutheran, dan banyak gereja Anglikan, para pendeta berpakaian ungu selama Pra-Paskah. Pada hari Minggu ke-4 Pra-Paskah, boleh memakai warna merah muda. Di beberapa gereja Anglikan sejenis kain lenan yang tidak diputihkan atau muslin yang disebut "Lenten array", dipakai selama 3 minggu pertama Pra-Paskah, kemudian warna merah selama Passiontide.

Referensi

1 http://www.newadvent.org/cathen/09152a.htm
2 Matius 4:1–2; Markus 1:12–13; Lukas 4:1–2
3 a b "What is Lent and why does it last forty days?". The United Methodist Church. Diakses pada 24 Agustus 2007.
4 a b "The Liturgical Year". The Anglican Catholic Church. Diakses pada 24 Agustus 2007.
5 a b Comparative Religion For Dummies. For Dummies. Diakses pada 8 Maret 2011.
6 a b William P. Lazarus, Mark Sullivan. Comparative Religion For Dummies. For Dummies. Diakses pada 8 Maret 2011.
7 http://www.thirdway.com/menno/glossary.asp?ID=121
8 Thurston, Herbert (1910). "Lent". The Catholic Encyclopedia. IX. New York: Robert Appleton Company. Diakses pada 15 Februari 2008
9 a b Catholic Encyclopedia – Lent See paragraph: Duration of the Fast
10 Lent Online Etymology Dictionary. Retrieved 8 March 2009.
11 "'''Summa Theologica''' Q147a8". Newadvent.org. Diakses pada 27 Agustus 2010.
12 "Millennium:Fear and Religion". Diarsipkan dari yang asli pada 18 Agustus 2002.
13 "Baldwin's Itinerary Through Wales No. 2 by Giraldus Cambrensis". Gutenberg.org. 31 Desember 2001. Diakses pada 27 Agustus 2010.