Jalan Dg Sirua, Makassar, Minggu siang, (22/7). Keceriaan
bertebaran di dalam sebuah ruangan kecil berukuran 4 x 6 meter. Sekitar 30
bocah duduk dengan rapi meski kondisi ruangan tersebut cukup sempit dan pengap.
Di depan bocah-bocah itu, berdiri seorang bapak. Dia
adalah Abner Nibeli, Pendeta
Jemaat Betel Sambueja Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS). Pdt. Abner didampingi istrinya, Majelis Jemaat Betel Sambueja
dan juga Sri Kusumawati, salah seorang guru pengajar bocah-bocah tersebut.
“Anak-anak, siapa yang rajin belajar?” tanya Pdt Abner
dengan nada lembut. Pertanyaan itu langsung disambar acungan tangan dan
teriakan sebagian bocah, “Sayaaa….” Pendeta GKSS ini bertanya lagi, “Siapa yang
suka membantu mamanya menyapu halaman rumah setiap hari?”
Bocah-bocah yang sebelumnya diam saja kini berebutan
mengacungkan tangan dan berteriak penuh semangat, “Sayaaa… Sayaaa!”
“Anak-anak sekalian, kita berkumpul disini karena
anak-anak rajin belajar. Makanya Tuhan menyuruh Bapak Abner bertemu dengan
anak-anak disini, mau kasih hadiah. Jadi kalau nanti pulang ke rumah, bilang ke
orang tua, bapak-ibu, ini hadiahku selama saya belajar,” ujar Pdt Abner. “Terima
kasiiih…” seru bocah-bocah itu dengan riang.
Suasana itulah yang tergambar ketika Jemaat Betel
Sambueja memperingati Hari Anak Nasional (HAN) yang diperingati setiap 23 Juli.
Warga jemaat, majelis dan pendeta memperingatinya dengan mengunjungi anak-anak
jalanan dan anak kurang mampu. Mereka membagi-bagikan paket sembako dan pakaian
layak pakai yang dikumpul oleh warga jemaat.
Disaat pemerintah menunda perayaan Hari Anak Nasional
tahun ini, hingga September mendatang, Jemaat Betel Sambueja justru
merayakannya lebih awal, sehari sebelum tanggal yang ditetapkan. Mereka
mengajak warga jemaat, termasuk anak-anak sekolah minggu untuk terlibat dalam
aksi memperingati Hari Anak Nasional.
“Kita mau perlihatkan bahwa kita semua bersaudara. Kita
mau perlihatkan kepada anak-anak kita bahwa di luar sana, ada teman mereka,
saudara mereka yang berkekurangan, membutuhkan bantuan. Semoga bantuan ini
memberi manfaat kepada warga disini, sembako yang kita berikan bisa dipakai
untuk berbuka puasa,” ujar Helfri Kapojos, salah seorang Majelis Jemaat Betel
Sambueja.
Memperingati Hari Anak Nasional tak perlu dengan kemewahan,
tapi dengan kesederhanaan, mengekspresikan kepedulian terhadap sesama. Ya, Jemaat
Betel Sambueja telah melakukannya. Mereka tidak memandang latar belakang agama,
suku dan sebagainya. Karena kasih tidak memandang kepada siapa kita menjatuhkan
rasa. (SRIYANTO)
Ada
8 butir pandangan anak Indonesia hasil Kongres Anak Indonesia XI, di Batam,
9-14 Juli lalu. Ini dia suara mereka:
1. Kami
anak Indonesia mengusulkan kepada pemerintah agar pendidikan tentang kesehatan
reproduksi remaja dimasukkan dalam kurikulum pendidikan serta meningkatkan
pengawasan terhadap pornografi.
2. Kami
anak Indonesia meminta kepada pemerintah untuk meningkatkan kualitas tenaga
pendidik, pemerataan fasilitas pendidikan, menyediakan program wajib belajar 12
tahun secara gratis agar tercipta pemerataan kualitas pendidikan bagi seluruh
anak Indonesia tanpa diskriminasi.
3. Kami
anak Indonesia mengusulkan agar pemerintah melakukan pemerataan fasilitas
sarana dan prasarana (listrik, tansportasi, komunikasi) khususnya di daerah
terisolir agar anak-anak yang terisolir dapat berinteraksi dengan
teman-temannya yang berada di daerah lain.
4. Kami
anak Indonesia memohon kepada pemerintah untuk membangkitkan kembali permainan
tradisional dan edukatif Indonesia, serta mengawasi secara ketat pengaksesan
game online dan siaran media elektronik yang tidak layak untuk anak.
5. Kami
anak Indonesia memohon kepada pemerintah untuk meningkatkan pengawasan yang
lebih ketat terhadap segala bentuk peredaran narkotika, psikotropika, miras dan
zat adiktif lainnya, termasuk rokok sebagai bentuk perlindungan terhadap anak.
6. Kami
anak Indonesia memohon agar pemerintah menyediakan layanan internet gratis
khusus anak-anak (mobil internet, rumah internet, user ID khusus anak-anak)
agar anak-anak di seluruh Indonesia saling terhubung.
7. Kami
anak Indonesia memohon agar pemerintah dan masyarakat turut mendukung
terpenuhinya hak partisipasi anak tanpa diskriminasi.
8. Kami
anak Indonesia memohon agar pemerintah menindaklanjuti dan mengimplementasikan
suara anak Indonesia dalam pengambilan kebijakan terkait anak.