(Bacaan Alkitab: Injil Yohanes 20:19-23)
Pdt. Armin Sukri, M.Th
Pendeta GKSS, Durektur Yayasan Pelayanan Reformed Makassar (YPRM)
Saudara-saudara seiman di dalam Tuhan Yesus Kristus, saat ini kita masih berada dalam masa post Paskah (minggu-minggu setelah Peristiwa Kebangkitan Yesus), dimana dalam masa tersebut Alkitab memberi kesaksian mengenai beberapa peristiwa perjumpaan Yesus dengan murid-murid-Nya sebelum naik ke surga. Peristiwa tersebut ditulis juga oleh Penulis Injil Yohanes sebagaimana yang kita baca dalam perikop tadi.
Saudara-saudara yang kekasih di dalam Tuhan!
1. Situasi Para Murid
Apa yang terjadi kepada murid-murid Tuhan Yesus setelah peristiwa penangkapan sampai kepada kematian-Nya? Beberapa ahli tafsir Alkitab mengatakan bahwa murid-murid Yesus ketika itu bercerai berai dan ada yang kembali ke tempat kediamannya masing-masing. Namun demikian dari keterangan Alkitab kita dapatkan bahwa pada hari pertama dalam seminggu, murid-murid mengadakan pertemuan,
ayat 19: Ketika hari sudah malam pada hari pertama Minggu itu berkumpullah murid-murid Yesus.Pada pasal 20:1 juga didapati keterangan akan adanya suatu pertemuan diantara mereka ketika peristiwa kebangkitan Yesus terjadi (cf. Lukas 24:1, Matius 28:1). Selanjutnya diberikan keterangan bahwa pada waktu itu murid-murid Yesus dilanda rasa takut terhadap orang-orang Yahudi. Ada beberapa alasan yang dapat kita kemukakan mengenai ketakutan para Murid.
· Ada kemungkinan orang-orang Yahudi pada waktu itu tidak hanya berhenti ketika mereka berhasil menyalibkan Yesus, tetapi mereka juga berusaha menangkap para murid dan mereka yang terkait dengan pekerjaan Yesus. Bagi mereka gerakan yang dibawa oleh Yesus merupakan ancaman besar dalam tata keagamaan mereka. Hal ini kita dapat lihat dalam ajaran-ajaran Yesus dan kritikan-kritikannya terhadap pemimpin-pemimpin Yahudi khususnya dari golongan Farisi dan Saduki (Matius 12:1-8, Murid-murid Yesus dinilai tidak menghormati Sabat dengan memetik gandum. (Matius 12:915a, Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Matius 16:5-12 (c.f. Markus 8:14-21), waspada terhadap orang Farisi dan Saduki.
· Kebangkitan Yesus yang ditandai dengan kubur yang kosong (tubuh Yesus hilang dari kubur) menghasilkan kecurigaan dikalangan para pemimpin orang Yahudi bahwa para muridlah yang telah mencuri dan memindahkan tubuh tersebut dari dalam kubur.
· Para pemimpin agama khawatir kalau-kalau peristiwa penyaliban Yesus dan berita tentang kebangkitan-Nya membawa pengaruh dalam masyarakat dan keagaamaan. Mereka takut kalau para murid dapat memimpin gerakan keagamaan yang dapat mengancam kedudukan mereka.
Dalam suasana yang demikian para murid (dan kemungkinan pengikut-pengikut Tuhan yang lain) merasa mereka tidak tentram, tidak aman atau kelangsungan hidup mereka terancam. Itulah sebabnya mereka berkumpul dengan pintu-pintu dalam keadaan terkunci.
Dalam situasi yang sama yaitu dicekam oleh ketakutan terhadap kekuasaan, baik itu yang datang dari golongan-golongan agama, masyarakat dan pemerintah, banyak para pengikut Tuhan Yesus (orang-orang Kristen) sekarang ini tidak memiliki kebebasan untuk bersekutu. Mereka berkumpul dalam tempat-tempat yang dirahasiakan (bawah tanah), jauh dari jangkauan banyak orang dan dalam keadaan yang serba terbatas (mis. Kekristenan di Tiongkok, sebagian Africa dll).
2. Penampakan Yesus di depan para Murid
Selanjutnya dalam ayat 19b dikatakan, Pada waktu itu datanglah Yesus dan berdiri di tengah-tengah mereka dan berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” Dalam suasana yang dilanda ketakutan ini, Yesus datang dan menampakkan diri kepada murid-murid-Nya yang hadir pada saat itu. Dalam Injil lain dikatakan bahwa ketika Yesus datang secara tiba-tiba dan berdiri ditengah-tengah mereka, para murid terkejut dan takut sebab mereka menyangka bahwa mereka melihat hantu (Lukas 24:37). Ini adalah suatu gejala psikologis (Psychological Phenomena), dimana seseorang yang berada dalam keadaan tertekan dan ketakutan biasanya tidak dapat berfikir dengan baik dan tenang. Pada saat itu para murid tidak dapat mengenal dengan baik dan jelas Guru mereka yang selama lebih kurang tiga setengah tahun bersama-sama dengan mereka dalam pelayanan. Bahkan tidak sampai di situ saja, mereka menyangka bahwa Yesus yang berdiri di hadapan mereka itu adalah hantu (Saya kira ini sudah biasa dalam situasi kita, kalau ada orang yang sudah mati secara tiba-tiba muncul ditengah-tengah orang banyak pasti akan menimbulkan efek seperti yang dialami oleh para murid). Tetapi lebih jauh Lukas mengisahkan bahwa penampakan Yesus ini adalah penampakan secara Jasmaniah bukan dalam wujud roh seperti halnya hantu. Lukas 24:39 disana Yesus berkata, …Aku sendirilah ini, .rabahlah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya. Bahkan dalam ayat 41, Yesus meminta kepada mereka makanan untuk dimakan-Nya. Ini benar-benar membuktikan bahwa Yesus yang hadir di depan mereka adalah Yesus yang dulu mereka kenal dan bersama-sama dalam pelayanan. Yesus yang berdiri dihadapan mereka adalah Tuhan yang telah bangkit secara jasmaniah dan menang atas kuasa maut (Ada banyak ajaran sekarang yang berkembang bahwa Yesus tidak bangkit secara jasmaniah. Kebangkitan Yesus adalah kebangkitan secara rohaniah yang dikaitkan dengan pernyataan iman para murid. Atau dengan kata lain bahwa kebangkitan Yesus adalah hasil imaginasi para murid yang pada saat itu berada dalam keadaan yang penuh dengan tekanan).
· Apa arti penampakan Yesus dalam konteks para murid masa itu?
Penampakan Yesus merupakan suatu jaminan dan sekaligus jawaban terhadap ketakutan dan tekanan yang dihadapi para murid. Kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka merupakan bukti bahwa Yesus ada bersama dengan mereka. Para murid tidak perlu khawatir dan takut terhadap situasi yang sedang mereka hadapi, sebab Yesus telah benar-benar bangkit dan kebangkitan-Nya itu merupakan bukti kemenangan-Nya atas segala kuasa yang ada bahkan maut sekalipun (Roma 6:9, Karena kita tahu, bahwa Kristus, sesudah Ia bangkit dari antara orang mati, tidak mati lagi: maut tidak berkuasa lagi atas Dia. c.f. Matius 28:18, Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi.).
Penampakan Yesus merupakan suatu momentum (saat yang penuh arti) agar para murid dapat berdiri teguh dan mempersiapkan diri untuk suatu tugas yang akan mereka terima kelak, yaitu pergi untuk memberitakan kabar keselamatan di dalam Kristus (Matius 28:19:20, Markus 16:15, Lukas 24:47, dan Kisah Rasul 1:8). Dalam melaksanakan tugas ini para murid tidak perlu takut dan gentar sebab Yesus yang telah bangkit dan menampakkan diri secara Jasmaniah kepada mereka adalah juga Yesus yang berjanji bahwa Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman (Matius 28:20 akhir).
3. Menghayati Damai Sejahtera Kristus
Ketika Yesus menampakkan diri kepada mereka, Ia berkata: “Damai sejahtera bagi kamu!” (Ingglish : Peace be with you! Hebrew: Syalom dan Greek: eirene=Syalom ) dan sesudah berkata demikian, Ia menunjukkan tangan-Nya dan Lambung-Nya kepada para murid (ayat 19 akhir dan 20). Damai sejahtera atau Syalom dihubungkan dengan keselamatan (Kel.4:13, Markus 5:34 dan Lukas 7:50), Ketentraman (Mazmur 4:8), Kemujuran (Mazmur 73:3) dll. Dalam kata ini terkandung pengertian bahwa keselamatan, ketentraman, kemujuran, kedamaian, sukacita dan kebahagiaan telah hadir ditengah-tengah kehidupan para murid. Dengan pengertian ini, berarti bahwa ketakutan dan perasaan tertekan yang dialami oleh para murid pada waktu itu berganti dengan sukacita, kedamaian, ketentraman, kebahagiaan dan keselamatan melalui kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka. Damai sejahtera kini menjadi bagian dari kehidupan mereka dan diberikan kepada mereka sebagai suatu kenyataan dalam kehidupan mereka.
Namun yang menarik di sini adalah setelah mengucapkan “Damai sejahtera bagi kamu!”, Yesus menunjukkan bekas luka ditangan-Nya dan lambung-Nya yang merupakan simbol atau tanda penderitaan-Nya. Disini ada semacam hal yang sangat contrast antara pengertian damai sejahtera dan simbol penderitaan Yesus. Dua hal yang sama sekali bertentangan dalam batasan pengertian bahasa kita (pemahaman kita). Damai sejahtera menempatkan manusia dalam situasi bahagia sedangkan stigmata atau bekas luka Tuhan Yesus menempatkan manusia dalam situasi penderitaan.
· Apa makna dari realitas (kenyataan) ini?
Damai sejahtera dan simbol penderitaan Yesus merupakan dua hal yang tidak dipisahkan dalam panggilan para murid. Kedua hal ini ibaratkan dua sisi mata uang yang selalu hadir secara bersama-sama. Tanpa sisi yang lain maka uang logam itu tidak berarti apa-apa, sebaliknya akan berarti besar bila keduanya saling melengkapi.
Damai sejahtera dalam pemanggilan para murid tidak terlepas dari penderitaan sebagai pengikut-pengikut Kristus. Yesus sendiri sudah memperingatkan hal ini kepada murid-murid-Nya sebelum Dia disalibkan. Lukas 14:27, Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. C.f. Matius 1624, Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya dan memikul salibnya dan mengikut Aku.
Damai sejahtera selalu berjalan beriringan dengan konsekwensi sebagai murid-murid Yesus yaitu penderitaan. Hal ini dapat dilihat kemudian dalam sejarah pekabaran Injil/Gereja bahwa hampir semua murid Tuhan Yesus mati sebagai martyr (Yakobus mati dengan pedang, Petrus di salibkan dll). Juga dalam perkembangan orang Kristen selanjutnya bahwa mereka tidak pernah lepas dari penderitaan sampai pada hari ini oleh karena iman mereka kepada Yesus Kristus. Jemaat mula-mula hidup menderita dalam pemerintahan kekaisaran Romawi, bahkan ada sebuah catatan dalam sejarah gereja bahwa tubuh orang-orang Kristen dijadikan obor untuk menerangi kota Roma pada malam hari dan mereka dijadikan mangsa binatang buas dalam gelanggang olahraga. Namun demikian semangat para murid dalam pemberitaan Injil tidak pernah mundur demikian juga semangat orang-orang Kristen pada masa itu tidak pernah patah. Orang Kristen adalah ibarat sebuah tanaman yang semakin dibabat semakin merambat. Inilah yang dimaksudkan Paulus ketika dia berkata,”Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit, kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan namun tidak binasa (2 Korintus 4:8-9).
Pertanyaan bagi kita adalah apa yang menjadi pegangan setiap murid Tuhan dalam situasi penderitaan? Jawabannya adalah sebab Damai sejahtera Kristus ada ditengah-tengah mereka. Damai sejahtera Kristus berbeda dengan damai sejahtera yang ditawarkan oleh dunia ini yang semata-mata hanya menjanjikan kesenangan, kenikmatan, materialisme, dan lain sebagainya tetapi yang sifatnya sementara saja. Nabi Yesaya berkata, Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua semaraknya seperti bunga di padang. Rumput menjadi kering dan bunga menjadi layu… (Yesaya 40:6-7). Damai sejahtera Kristus yang memberikan jaminan kebahagiaan dan keselamatan hidup yang kekal merupakan pendorong semangat mereka dalam melaksanakan tugas pemberitaan Injil. Orientasi mereka jauh kemasa depan dan bukan hanya terfokus kepada apa yang ditawarkan oleh dunia ini. Sama seperti Bapa mengutus Dia demikianlah juga Yesus mengutus murid-murid-Nya dengan kuasa ke dalam dunia ini (ayat 21-23). Rasul Paulus menegaskan bahwa Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia daripada semuanya… (Filipi 3:7-8). Paulus telah memperoleh Damai Sejahtera yang sejati yaitu Damai Sejahtera Kristus, dengan demikian meskipun dia menderita sebagai pengikut Kristus, namun Ia tahu bahwa di dalam Kristus dia akan memperoleh kebahagiaan dan kedamaian yang sejati.
Aplikasi dan Kesimpulan
Saudara-saudara yang kekasih di dalam Kristus!
Bagaimana kita menghayati Damai sejahtera Kristus dalam terang Paskah di tengah-tengah kehidupan kita saat ini?
· Kita hidup dalam dunia yang penuh tawaran dan tantangan
Saat ini kita hidup dalam dunia yang sedang mengalami perubahan. Modernisasi yang ditandai dengan kemajuan tekhnologi dan pembangunan menghasilkan banyak tawaran dan tantangan. Kita ditawarkan dengan berbagai hal yang menjanjikan kemudahan dan keseronokan (mulai dari hal yang terkecil sampai kepada hal yang paling utama dalam kebutuhan hidup kita). Sekaligus kita ditantantang untuk lebih kritis dan kreatif dalam berbagai aspek kehidupan kita (pendidikan, pekerjaan dan bahkan pelayanan kita), sebab kalau tidak kita hanya akan tinggal sebagai penonton saja. Ketika orang sudah maju selangkah kita masih diam di tempat dan ketika orang sudah berhasil baru kita sadar akan kegagalan kita. Namun, sebagai murid-murid Tuhan kita harus waspada dengan apa yang dijanjikan oleh dunia ini. Semua kebahagiaan, kenikmatan, dan kesejahteraan yang ditawarkan oleh dunia ini memang tidak salah untuk kita rasakan dan terima karena selama kita hidup didunia maka kitapun membutuhkannya. Tetapi semua itu harus dinilai secara kritis berdasarkan ukuran dan norma Kristus. Atau dengan kata lain sangat penting bagi kita untuk “berjaga-jaga dan berdoa”, artinya adalah sebagaimana dikatakan oleh rasul Paulus, Karena itu perhatikanlah dengan seksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari itu jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan… (Efesus 5:15-17). Kita memikirkan hal-hal yang ada di atas dan bukan diperhamba oleh hal-hal yang ada di bumi (c.f. Kolose 3:2). Mintalah Damai Sejahtera Kristus untuk berdiam ditengah-tengah kamu…
· Damai sejahtera Kristus menjadi kekuatan dalam menghadapi penderitaan sebagai murid-murid-Nya.
Kekristenan tidak pernah menjanjikan suatu kehidupan yang serba enak, mudah, aman, dsb. Tetapi orang Kristen tidak pernah terlepas dari salib yang harus kita pikul kapan dan dimanapun masa itu terjadi dalam kehidupan kita. Kita harus selalu siap sedia untuk menghadapi situasi yang tersulit sekalipun dalam kehidupan kita sebagai orang Kristen. Kekuatan kita adalah Kristus yang telah bangkit dan memperlihatkan diri kepada murid-murid-Nya dan memberi mereka damai sejahtera. Yesus yang ada dulu adalah sama dengan Yesus yang ada di dalam kita. Dia tidak berubah dari saat ini sekarang dan selama-Nya (amin!).
Seperti janji-Nya kepada para murid bahwa Aku akan menyertai engkau sampai kepada akhir zaman adalah juga janjinya kepada kita saat ini dan tidak ada satu kuasa apapun yang akan memisahkan kita dari Kristus (Roma 8:35-39). Barangkali kita tidak akan mengalami peristiwa yang dialami para murid pada waktu itu, yaitu Yesus menampakkan diri secara jasmani ditengah-tengah mereka. Tetapi ini bukan alasan kita untuk meragukan ataupun tidak mempercayai sama sekali kuasa Kristus. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yohanes 20:29 akhir).
Kristus yang telah bangkit dan kepada-Nya telah diberikan kuasa baik di bumi dan di surga juga berkuasa atas kehidupan kita. Justru di dalam penderitaan, kita dapat mengenal betapa besar kuasa dan kasih Tuhan dalam hidup kita dan betapa indah damai sejahtera yang disediakan bagi kita. Damai sejahtera kristus bersama dengan kita, terpujilah Tuhan…….. (Amin).
No comments:
Post a Comment