Bacaan: 2Samuel 13:1-39
Di GKSS Jemaat Mattiro Baji terdapat kelompok diskusi Alkitab internasional TEA, Through the Eyes of Another, Intercultural Reading of The Bible (Melalui Mata Orang Lain: Membaca Alkitab Secara Lintas Budaya). Kelompok disebut TEA Mattiro Baji. Hasil diskusi dikirim ke suatu mitra kelompok pembaca di luar negeri; kelompok itu juga mengirim hasil diskusinya kepada kelompok Mattiro Baji.
Di GKSS Jemaat Mattiro Baji terdapat kelompok diskusi Alkitab internasional TEA, Through the Eyes of Another, Intercultural Reading of The Bible (Melalui Mata Orang Lain: Membaca Alkitab Secara Lintas Budaya). Kelompok disebut TEA Mattiro Baji. Hasil diskusi dikirim ke suatu mitra kelompok pembaca di luar negeri; kelompok itu juga mengirim hasil diskusinya kepada kelompok Mattiro Baji.
TEA Kelompok Mattiro Baji:Berikut hasil diskusi TEA Mattiro Baji mengenai Perkosaan Tamar (2 Sam 13)
Armin Sukri (Ketua), Jenifer Ladja (Sekretaris), Anggota: Christovina Lebang, Jufri, Kurnaini Alwi, Makis Wata, Martinus Zainuddin, Zakaria Ngelow
A. Di balik Teks -- Apakah Teks ini merujuk pada konflik tertentu?
Menurut kelompok; Teks 2Samuel 13:1-39 merujuk pada konflik. Baik konflik perorangan maupun konflik batin. Adapun beberapa konflik yang dikemukakan oleh kelompok adalah:
1. Konfliknya terang-terangan: Konflik antara dua orang saudara tiri (Absalom dan Amnon, setelah Amnon memperkosa Tamar).
2. Konflik tersirat (terselubung): Konflik antara Amnon dan Absalom karena perebutan kekuasaan. Absalom kemudian membangun sebuah kekuatan untuk menggulingkan Ayahnya.
3. Selain konflik antar keluarga yang ada, juga ada konflik batin para tokoh dalam teks. Misalnya konflik batin yang dialami Tamar, sebagai seorang korban yang telah diperkosa, ia merasa pasti merasa sangat sedih, setelah ia diperkosa, saudaranya lalu membuangnya begitu saja, tapi ia tidak dapat berbuat apa-apa. Hal yang bisa dilakukannya hanyalah menaruh abu di atas kepalanya dan mengoyakkan baju kurung yang maha indah lalu menangis. Konflik batin, juga dialami oleh Daud; ketika mengetahui Amnon telah memperkosa Tamar, lalu Absalom telah membunuh Amnon. Pada satu sisi ia merasa sangat marah tapi pada sisi lain ia tidak dapat berbuat apa-apa. Daud tidak bisa menegakkan keadilan; karena dia sendiri telah dibunuh oleh keadilan. Pengadilan Nathan kepada Daud telah membuat Daud kehilangan kepercayaan diri. Sehingga setelah Daud mau mati, dia meminta Salomo menegakkan keadilan.
4. Konflik dengan kebudayaan/kebiasaan, dalam hal apa yang dilakukan Amnon yaitu memperkosa Tamar menimbulkan konflik dengan budaya.
5. Dosa Daud yang pernah mengambil istri Uria (Batsyeba) kini dituai oleh anak-anaknya. Dalam hal ini berlaku hukum tabur-tuai. Tabur-tuai yang dimaksud ada dalam dua hal;
a. Karma: Karma dalam pengertian; pemerkosaan yang dialami Tamar merupakan hukuman atas apa yang pernah dilakukan Ayahnya. Dan pembunuhan yang dialami oleh Amnon juga merupakan karma atas apa yang pernah dilakukannya.
b. “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya” : Ini merupakan pepatah di Indonesia untuk menggambarkan bahwa sikap/perilaku orang tua menurun pada anaknya. Daud menjadi contoh yang tidak baik bagi anak-anaknya, karena itu apa yang dilakukan oleh Amnon merupakan bentuk dari contoh buruk yang diberikan Daud.
B. Di dalam Teks --- Jejak-jejak Kebudayaan apa yang anda temukan dalam teks?
Beberapa jejak-jejak kebudayaan yang ditemukan dalam teks ini adalah:
• Ada budaya bagaimana seseorang harus bersikap terhadap kejadian/peristiwa tertentu. Misalnya mengoyakkan pakaian sebagai simbol duka/sedih.
• Budaya balas dendam: Absalom membalas dendam kepada Amnon karena telah memperkosa Tamar. Mungkinkah juga ada masalah persaingan sebagai putra mahkota?
• Dalam kebudayan Bugis-Makassar, ada budaya membalas dendam dalam rangka menenggakan siri’ (harga diri). Dalam budaya siri’ ini, apa yang dilakukan oleh Absalom adalah hal yang mulia dan termormat. Pemerkosaan yang dilakukan oleh Amnon telah menjatuhkan harkat dan martabat Tamar (dan keluarga besar) sehingga untuk menegakkan siri’ tersebut maka pemerkosa itu harus mati.
• Budaya patriarkhi: Tamar sebagai perempuan ditampilkan sebagai properti/hak milik atas laki-laki yang bisa diminta dan jika tidak dibutuhkan dapat dibuang. [Bersambung]
No comments:
Post a Comment