Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pra-Paskah (bahasa Inggris: Lent; bahasa Latin: Quadragesima,
"ke-40"[1]) adalah masa yang mendahului hari raya Paskah dalam agama
Kristen. Masa ini mencakup empat puluh hari mulai hari Rabu Abu sampai hari
Minggu Paskah, dengan berbagai liturgi yang diakhiri sampai Kamis Putih,
menjelang peringatan 3 peristiwa amat penting yaitu Kematian Yesus pada hari
Jumat Agung, yang dilanjutkan dengan penguburannya dan masa tinggalnya di dalam
kubur, serta kebangkitan-Nya dari kematian pada hari Minggu Paskah.
Kalau Paskah memperingati kebangkitan Yesus setelah kematiannya di atas
kayu salib, masa Pra-Paskah berhubungan dengan persiapan Pekan Suci, yang
memperingati kejadian yang menuju ke Pengadilan Yesus terakhir oleh Kekaisaran
Romawi. Ini terjadi di antara tahun 29-33 Masehi.
Secara tradisional, Pra-Paskah ini merupakan persiapan penyesalan orang
percaya, melalui doa, penyesalan, pertobatan, pemberian sedekah, dan
mengingkari diri. Tujuan ini lebih ditekankan saat memasuki masa perayaan
tahunan Pekan Suci, yaitu peristiwa Kematian dan Kebangkitan Yesus. Ada empat
puluh hari dalam masa pra-paskah yang ditandai dengan berpantang dari makanan
dan kenikmatan, dan sikap penyesalan lainnya. Hal ini merujuk pada peristiwa
yang dicatat di kitab-kitab Injil Sinoptik (Injil Matius, Injil Markus dan
Injil Lukas, bahwa Yesus Kristus berpuasa 40 hari 40 malam lamanya di padang
gurun sebelum memulai pekerjaan-Nya, di mana Ia dicobai oleh Iblis.[2][3][4]
Acolyte mematikan lilin di atas altar yang dihiasi warna ungu untuk
Pra-Paskah. Perhatikan bahwa salib dan patung sering dibungkus kain ungu, dan
tidak ada bunga maupun persembahan yang diperlihatkan. Rabu Abu, dalam sebuah
gereja Episkopal di Tennessee, Amerika Serikat.
Jemaat merayakan Pra-Paskah dengan barisan pawai selama Pekan Suci.
Warna ungu sering dihubungkan dengan penyesalan dan pertobatan. Kebiasaan
penyesalan yang serupa dijumpai di negara-negara lain, kadang termasuk
penyiksaan tubuh. Granada, Nicaragua.
Di sejumlah gereja Kristen, enam hari Minggu di antara hari Selasa
sebelum Rabu Abu (Shrove Tuesday) dan Minggu Paskah tidak dihitung dalam 40
hari Pra-Paskah, sehingga tanggal hari Selasa itu lebih dari 40 hari sebelum
Paskah. Peristiwa ini, dengan kebiasaan-kebiasaan yang khusyuk, diperingati di gereja-gereja
Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, Katolik Roma, Lutheran, Methodist,
Presbyterian, Anglikan dan sejumlah gereja Baptis.[5][5][6][6] Pra-Paskah ini
sekarang juga diperingati di beberapa denominasi yang dulunya mengabaikannya,
misalnya di sejumlah gereja Baptis dan Mennonit.[7]
Lamanya masa Pra-Paskah
Kebanyakan penganut agama Kristen memperingati Pra-Paskah sejak hari
Rabu Abu dan berakhir pada hari Kamis Putih.[4][8] Enam hari Minggu di
antaranya tidak dihitung, karena masing-masing merupakan "Paskah
kecil", yaitu peringatan kemenangan Yesus atas dosa dan kematian.[3] Salah
satu perkecualian yang terkenal adalah di Archdiocese of Milan, yang mengikuti
"ritual Ambrosian" (Ambrosian Rite) di mana Pra-Paskah dimulai pada
hari Minggu 6 minggu sebelum Paskah.[9]
Sejak Konsili Vatikan Kedua, gereja Katolik Roma menetapkan hari Jumat
Agung sampai Sabtu Suci sebagai dua hari pertama "Easter Triduum" dan
bukan lagi sebagai dua hari terakhir Pra-Paskah, meskipun peringatan Pra-Paskah
tetap dilanjutkan sampai "Easter Vigil".
Di gereja-gereja yang mengikuti "Ritus Konstatinopel"
(misalnya gereja Ortodoks Timur dan gereja Katolik Timur), 40 hari Pra-Paskah
dihitung berbeda, sebagaimana perbedaan perhitungan tanggal untuk hari Paskah.
Puasa dimulai pada hari Senin Murni ("Clean Monday"), dengan memasukkan
setiap hari Minggu, sampai berakhir pada hari Jumat sebelum Minggu Palem.
Hari-hari khusus Sabtu Lazarus ("Lazarus Saturday"), Minggu Palem dan
Pekan Suci dianggap masa puasa yang terpisah. Seluruh masa Pra-Paskah ini
disebut "Great Lent".
Dalam gereja Ortodoks Oriental, ada sejumlah tradisi setempat selama
Pra-Paskah. Gereja Ortodoks Koptik, gereja Ortodoks Etiopia dan gereja Ortodoks
Eritrea memperingati 8 minggu Pra-Paskah, di mana tanpa menyertakan hari Sabtu
dan Minggu, merupakan 40 hari puasa.[9]
Asal nama
Dalam liturgi bahasa Latin dipakai istilah quadragesima, yaitu
terjemahan dari bahasa Yunani "Τεσσαρακοστή" (Tessarakoste,
"ke-40" hari sebelum Paskah). Istilah ini dipelihara dalam bahasa
Romana (Romance), bahasa Slavik dan bahasa Keltik (Celtic), misalnya bahasa
Spanyol cuaresma, bahasa Portugis quaresma, bahasa Perancis carême, bahasa
Italia quaresima, bahasa Romania paresimi, bahasa Kroasia korizma, bahasa
Irlandia Carghas, dan bahasa Wales C(a)rawys.
Di akhir Abad Pertengahan, ketika khotbah diberikan dalam bahasa
rakyat, tidak lagi dalam bahasa Latin, istilah bahasa Inggris lent mulai
dipakai. Kata ini mulanya berarti "musim semi", seperti dalam bahasa
Jerman Lenz dan bahasa Belanda lente), yang berasal dari akar kata bahasa
Jermanik long (=panjang), karena di musim semi, hari (siang hari) jelas terasa
lebih panjang dari musim dingin sebelumnya.[10]
Perayaan sebelum Pra-Paskah
Perayaan karnaval tradisional yang mendahului masa Pra-Paskah diadakan
sebelum memasuki masa puasa. Yang paling terkenal adalah di Rio de Janeiro; di
samping karnaval di Trinidad & Tobago, Venice, Cologne, Mobile di Alabama
dan New Orleans di Louisiana. Acara ini terkenal dengan nama Mardi Gras atau
"Shrove Tuesday" atau "Fat Tuesday" (hari "Selasa
Gemuk").
Puasa dan pantangan
Puasa di masa Pra-Paskah lebih berat di zaman dulu daripada zaman
sekarang. Socrates Scholasticus mencatat bahwa di beberapa tempat, semua bahan
makanan dari binatang dilarang, sementara di tempat lain ikan dan burung boleh
dimakan, buah-buahan dan telur dilarang, dan di tempat lain hanya makan roti.
Ada tempat dimana umat berpantang makan selama satu hari penuh; di tempat lain
hanya makan sekali sehari, atau berpantang makan sampai jam 3 siang. Di banyak
tempat, kebiasaan puasa ini diakhiri di waktu petang, di mana umat hanya makan
makanan kecil tanpa sayur maupun alkohol.
Di awal Abad Pertengahan, bahan makanan mengandung daging, telur dan
susu umumnya dilarang. Thomas Aquinas berpendapat bahwa "bahan-bahan itu
memberi kesukaan lebih banyak (daripada ikan), dan banyak nutrisi bagi tubuh,
sehingga dengan memakannya memberi lebih banyak kelebihan untuk proses seminal,
yang jika berlebihan memberi dorongan kepada hawa nafsu."[11] Namun,
dispensasi untuk bahan dari susu diberikan sebagai donasi untuk pembangunan
sejumlah gereja, termasuk "Butter Tower" dari Rouen Cathedral. Di
Spanyol, peraturan untuk "Holy Crusade" (diperbarui secara teratur
setelah tahun 1492) mengijinkan makan bahan dari susu[12] dan telur selama
Pra-Paskah sebagai ganti kontribusi kepada konflik. Giraldus Cambrensis dalam
tulisannya Itinerary of Archbishop Baldwin through Wales melaporkan bahwa
"di Jerman dan daerah arktik," "orang-orang saleh," makan
ekor berang-berang (beaver) sebagai "ikan" karena bentuknya mirip
dengan ikan dan mudah didapat.[13]
Di masyarakat barat kebiasaan ini sekarang lebih kendor, meskipun di
gereja Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental dan Gereja Katolik Timur, masih
berlaku pantangan untuk semua bahan binatang termasuk ikan, telur, burung dan
susu yang dari binatang (kambing atau sapi, bukan dari kacang kedelai atau
kelapa), sehingga hanya makanan dari tumbuhan (vegetarian/vegan) yang dimakan
selama 44 hari Pra-Paskah mereka. Dalam gereja Katolik Roma ada kebiasaan untuk
berpantang makan daging binatang mamalia dan burung pada hari Rabu Abu dan
setiap hari Jumat selama Pra-Paskah, meskipun ikan dan makanan dari susu
diijinkan dimakan. Pada hari Rabu Abu dan Jumat Agung juga ada kebiasaan untuk
puasa sehari penuh, tanpa daging, makan hanya sekali sehari, atau jika perlu,
dua kali makanan kecil.
Hari-hari Raya
Sejumlah hari penting selama Pra-Paskah:
Rabu Abu, hari pertama masa Pra-Paskah di gereja barat.
Clean Monday (atau "Senin Abu"), hari pertama Pra-Paskah di
gereja timur.
Hari Minggu Pra-Paskah ke-4, yang menandai titik tengah antara Rabu Abu
dan Paskah, kadang disebut Laetare Sunday, di gereja Katolik Roma, atau
"Mothering Sunday", yang menjadi sama dengan "Mother's Day"
di Inggris. Namun, mulanya adalah perayaan di abad ke-16 untuk "Mother
Church" (gereja induk). Pada hari Laetare Sunday, pastor boleh memakai
jubah berwarna merah muda, sebagai pengganti ungu.
Hari Minggu Pra-Paskah ke-5, juga disebut Passion Sunday (istilah ini
juga dipakai untuk Minggu Palem), menandai permulaan Passiontide
Hari Minggu Pra-Paskah ke-6, umumnya disebut Minggu Palem, menandai
permulaan Pekan Suci, minggu terakhir Pra-Paskah sebelum Minggu Paskah.
Hari Rabu dalam Pekan Suci disebut "Spy Wednesday" (Rabu
Mata-mata atau Pengintai) untuk memperingati hari-hari Yudas Iskariot mengintai
Yesus Kristus di taman Getsemani sebelum mengkhianati-Nya.
Hari Kamis dalam Pekan Suci disebut Kamis Putih (Maundy Thursday atau
Holy Thursday), merupakan hari peringatan Perjamuan Terakhir yang dilakukan
oleh Yesus Kristus dengan murid-murid-Nya.
Jumat Agung, hari peringatan Kematian Yesus dan penguburan-Nya
Dalam gereja Katolik Roma, Easter Triduum adalah peringatan tiga hari
yang dimulai dengan nyanyian pembukaan Mass untuk Perjamuan Kudus. Setelah
peringatan hari Kamis Putih sore, hosti kudus diambil dengan khusuk dari altar
ke tempat penyimpanan dimana orang percaya diundang untuk menyembah "tubuh
kudus Kristus". Di hari berikutnya, diadakan liturgi peringatan
penderitaan Kristus pada pukul 3 sore. Ibadah ini terdiri dari pembacaan
Alkitab terutama dari Injil Yohanes tentang penderitaan Yesus Kristus, diikuti
dengan doa, pemujaan salib Yesus dan kemudian Perjamuan Kudus dimana hosti,
yang dikuduskan pada sore sebelumnya, dibagikan. Easter Vigil di waktu malam
antara Sabtu Suci petang dan Minggu Paskah subuh dimulai dengan pemberkatan api
dan lilin khusus dengan pembacaan Alkitab yang berhubungan dengan baptisan,
lalu menyanyikan Gloria in Excelsis Deo, pemberkatan air, dilakukan baptisan
dan konfirmasi untuk orang dewasa, kemudian jemaat diundang untuk memperbarui
janji baptisan mereka; akhirnya Mass dilakukan seperti biasa mulai dari "Preparation
of the Gifts" dan selanjutnya.
Pekan Suci dan masa Pra-Paskah, tergantung dari denominasi Kristen dan
kebiasaan setempat, diakhiri dengan Easter Vigil pada Sabtu Suci sore atau
subuh pada hari Minggu Paskah. Ada kebiasaan di sejumlah gereja untuk mengadakan
ibadah subuh di lapangan terbuka.
Dalam gereja Katolik Roma, Lutheran, dan banyak gereja Anglikan, para
pendeta berpakaian ungu selama Pra-Paskah. Pada hari Minggu ke-4 Pra-Paskah,
boleh memakai warna merah muda. Di beberapa gereja Anglikan sejenis kain lenan
yang tidak diputihkan atau muslin yang disebut "Lenten array",
dipakai selama 3 minggu pertama Pra-Paskah, kemudian warna merah selama
Passiontide.
Referensi
1 http://www.newadvent.org/cathen/09152a.htm
2 Matius 4:1–2; Markus 1:12–13; Lukas 4:1–2
3 a b "What is Lent and why does it last forty days?". The
United Methodist Church. Diakses pada 24 Agustus 2007.
4 a b "The Liturgical Year". The Anglican Catholic Church.
Diakses pada 24 Agustus 2007.
5 a b Comparative Religion For Dummies. For Dummies. Diakses pada 8
Maret 2011.
6 a b William P. Lazarus, Mark Sullivan. Comparative Religion For
Dummies. For Dummies. Diakses pada 8 Maret 2011.
7 http://www.thirdway.com/menno/glossary.asp?ID=121
8 Thurston, Herbert (1910). "Lent". The Catholic
Encyclopedia. IX. New York: Robert Appleton Company. Diakses pada 15 Februari
2008
9 a b Catholic Encyclopedia – Lent See paragraph: Duration of the Fast
10 Lent Online Etymology Dictionary. Retrieved 8 March 2009.
11 "'''Summa Theologica''' Q147a8". Newadvent.org. Diakses
pada 27 Agustus 2010.
12 "Millennium:Fear and Religion". Diarsipkan dari yang asli
pada 18 Agustus 2002.
13 "Baldwin's Itinerary Through Wales No. 2 by Giraldus
Cambrensis". Gutenberg.org. 31 Desember 2001. Diakses pada 27 Agustus
2010.
No comments:
Post a Comment