PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
TAHUN
2013
“Kristus,
Yang sulung dari segala yang diciptakan”
(bdk. Kolose 1:18)
Umat
Kristiani Indonesia yang dikasihi oleh Yesus
Kristus,
Salam Sejahtera,
1. Ketika bangsa kita masih tetap bergumul dengan berbagai
persoalan, baik bencana alam maupun bencana-bencana sosial, berita Paskah
kembali datang menyapa kita. Paskah adalah, ketika Allah memberikan pengharapan
di tengah keputusasaan, optimisme di tengah pesimisme, pembebasan di tengah
perbudakan dosa, kehidupan di tengah kematian. “Allah telah mendamaikan
diri-Nya dengan manusia, dan dengan seluruh ciptaan-Nya”, adalah berita Paskah
paling kuat, ketika budaya konflik dan peperangan di antara
sesama, dan pencemaran terhadap alam masih tetap dianut dan dipraktekkan secara
luas oleh masyarakat kita. Bahwa Allah membangkitkan Yesus dari kematian adalah
pengesyahan Allah terhadap kehidupan, yaitu betapa berharganya kehidupan,
dan karena itu tidak boleh disia-siakan.
2. Kebangkitan
Kristus menciptakan hubungan baru antara Allah dengan manusia dan dengan
seluruh ciptaan-Nya. Kristus adalah Pusat hubungan baru itu. Ia bahkan disebut
sebagai Yang sulung dari seluruh ciptaan, sebagaimana dikatakan dalam Kolose
1:18: “Ialah kepala Tubuh, yaitu Jemaat. Ialah Yang sulung, Yang pertama
bangkit dari antara orang mati, sehingga Ia yang lebih utama dalam segala
sesuatu.” Itu tidak berarti, Kristus Yang bangkit itu identik dengan
seluruh makhluk ciptaan, kendati di dalam kebebasan dan kedaulatan-Nya Ia bisa
saja menyamakan diri dengan makhluk ciptaan tersebut. Justru itulah makna
mendalam dari inkarnasi, ketika Allah memilih menjadi manusia. “Sulung” (Yn.: prototokos)
adalah penegasan bahwa Kristus adalah “Yang Sulung Itu Sendiri”. Sebagai
demikian, “di dalam Dia-lah telah diciptakan segala sesuatu”(ay.16), yang juga
berarti, Ia berkuasa atas segenap ciptaan. Bahwa Ia “Yang pertama bangkit dari
antara orang mati”, semakin menegaskan keutamaan Kristus, sekaligus menjadi
dasar pemahaman dan keyakinan akan kebangkitan orang mati. Kalau Kristus adalah
Yang sulung dari segala ciptaan, maka “jemaat” adalah tipe awal (prototype)
dari kemanusiaan baru yang sudah diperbaharui oleh Kebangkitan. Sebagai
demikian, jemaat berkewajiban meneruskan amanat kehidupan ini kepada segala
makhluk. Ini melahirkan pengharapan akan makna hidup baik di masa kini, maupun
nanti.
3. Dalam Sidang Majelis Pekerja Lengkap
Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (MPL-PGI), 25-28 Januari 2013 di Kupang,
Nusa Tenggara Timur, gereja-gereja kembali menyatakan keprihatinan mendalam
terhadap makin terganggunya keutuhan ciptaan di bumi Indonesia. Hal itu terlihat misalnya dalam hal makin masifnya perusakan
dan kerusakan lingkungan yang di dalamnya kita tinggal. Pertikaian seputar
kepemilikan tanah dan akses terhadap sumber daya alam yang makin kritis
memperlihatkan bahwa kita memang sedang terancam oleh berbagai kekuatan global
(global force): persoalan demografi, sumber daya alam,
globalisasi dan perubahan iklim.
4. Dalam keadaan seperti ini, gereja
sebagai tipe awal kemanusiaan baru dipanggil untuk memahami secara baru makna
pemberian mandat, “Berkuasalah, penuhilah… taklukkanlah” (Kej.1:28), bukan
sebagai akta eksploitasi terhadap alam ciptaan-Nya, tetapi justru sebagai
jurukunci yang setia memelihara dan mengelolanya secara bertanggungjawab. Peristiwa Paskah itulah justru yang memberikan harapan dan
semangat baru melalui pendamaian dan rekonsiliasi sejati yang diprakarsai Allah
ke atas manusia dan seluruh makhluk ciptaan-Nya. Alhasil, penebusan, tidak saja mendamaikan manusia dengan
pencipta-Nya, tetapi juga mendamaikan manusia dengan seluruh ciptaan Allah.
Atas dasar keyakinan ini, dalam rangka menyambut dan
menghayati Paskah 2013, dengan rasa sukacita dan ucapan syukur, Persekutuan
Gereja-Gereja di Indonesia mengajak semua umat Kristiani untuk semakin mengejawantahkan harapan dan semangat baru itu, bahwa “penebusan Kristus
mendamaikan manusia dengan Allah dan seluruh Ciptaan-Nya”, melalui
hal-hal berikut ini:
a. Perayaan Paskah hendaknya mendorong
gereja mengkaji dan mendalami ulang segi-segi teologi dari mandat pemeliharaan
dan pengelolaan ciptaan Allah serta mengimplementasikannya dalam berbagai aspek
pelayanan gerejawi: liturgi, pengajaran dan pemberitaan firman Tuhan.
b. Perayaan Paskah hendaknya menjadi
momentum bagi gereja-gereja untuk semakin mempererat persekutuan dalam arak-arakan
gerakan oikoumenis lintas-denominasi agar fungsi gereja sebagai garam dan terang dapat
diimpelentasikan secara optimal di tengah-tengah situasi yang ada. Khususnya,
kiranya Semangat Paskah mendorong gereja berkontribusi aktif dan semakin giat
dalam upaya-upaya pelestarian lingkungan, menjadikan gereja sebagai
gereja yang ramah dan sahabat bagi alam, serta membina warganya untuk
peka dan peduli terhadap lingkungan hidup.
c. Perayaan Paskah hendaknya mampu
mendorong gereja untuk lebih mewujudkan keberpihakan kepada perjuangan
penegakkan hak-hak masyarakat khususnya di tengah-tengah konflik Agrararia dan Sumber Daya Alam. Perjuangan ini merupakan pondasi
spirit gerakan oikoumenis, yang di dalamnya kita secara
bersama terus berjuang untuk mengusahakan bumi sebagai rumah (oikos)
yang semakin layak untuk dihuni (menein).
Pesan Paskah ini, kami akhiri dengan
menggarisbawahi firman Allah melalui Kidung Pemazmur yang menyatakan kemuliaan
Allah dalam segenap pekerjaan tangan-Nya. Ini mengingatkan kepada kita, bahwa
kitalah tangan-tangan Allah untuk mewujudkan kemuliaan-Nya di tengah seluruh
ciptaan:
“Langit menceritakan kemuliaan Allah,
dan cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-Nya”
(Mazmur 19:2)
Jakarta, Akhir Februari 2013
Atas nama,
MAJELIS PEKERJA HARIAN
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA
Pdt.
Dr. A.A. Yewangoe
Pdt. Gomar Gultom
Ketua Umum
Sekretaris Umum
No comments:
Post a Comment